Kamis, 12 Juli 2012

MENGKRITIK CERPEN LAPAR KARYA MUHAMMAD ALI DENGAN METODE STRUKTURAL YAITU TENTANG GAYA BAHASA


Sinopsis
Cerpen lapar menceritakan tentang karyawan KA yaitu putro, ia di PHK karna PT persero KA mengalami kebangkrutan dalam administrasinya sehuingga banyak karyawan yang di PHK. Sebab KA tidak bisa menggaji lagi. Tidak hanya putro saja yang di PHK.
Bulan demi bulan telah berlalu, putro mencari pekerjaan kesan-kemari tetapi masih belum dapat pekerjaan untuk menghidupi istrinya yang bernama tini dan anaknya yang bernama ana. Akhirnya putrid meras putus asa karnaia sia-sia melamar pekerjaan tidak satu pun perusahaan yang menerimanya, bahkan untuk makan setiap harinya ia menungguh sedekah dari tetanggahnya karna sepeser uang pun ia tak punya.
Dan putro sekarang menjadi seorang pemarah karna kini kehidupannya penuh enga kesengsaraan. Kerjaannya setiap hari marah tanpa sebab, akhirnya tini juga kesal terhadap putro dan ia memutuskan meninggalkan rumah untuk mencari pekerjaan untuk menghidupi anaknya karna tinggal kulit dan tulang.
Pada saat perjalanan tini melihat rumahyang mewah. Dan ia memutuskan untuk bekerja di situ apa daya tangan tak sampai karna orang yang punya rumah hanya ingin mengambil anaknya saja tidak mau ibunya untuk di jadikn pembantu. Dan orang tersebut membayar anaknya hanya dengan uang seratus ribu rupiah.
Tahun demi tahu berlalu kini tini hidupnya tidak karuan juga ia jadi perempuan yang nakal yaitu jad kupu-kupu malam di stasiun KA. Tanpa terduga pada saat tini mencari brondong ia bertemu suaminya yaitu putro, putro sendiri sekarangsudah tidak karuan penampilannya kumuh seperti orang gila.
Di saat itu juga, akhirnya mereka di pertemukan kembali dan tini menceritakan semuanya tentang apa yang terjadi pada dirinya da anaknya. Dengan begitu putro marah kepada tini karna anaknya di jual. Dan puto tanpa sadar mendorong tini ke lintasan KA, akhirnya tini tertabrak KA. Pada saat kejadian tersebut putro sangat takut akhirnya ia bunuh diri juga di lintasan KA dan ia meninggal dunia juga.

Pengertian kritik sastra

Pradopo mencoba menjelaskan perbedaan antara kritik sastra, teori sastra, dan sejarah sastra. Seperti yang diungkap Wellek bidang studi sastra meliputi tiga hal yaitu; kritik sastra, teori sastra, dan sejarah sastra. Teori sastra ialah bidang studi sastra yang berhubungan dengan teori-teori kesusastraan. Sejarah sastra adalah bidang studi sastra yang membicarakan perkembangan sastra sejak lahir hingga perkembangannya yang terakhir. Kritik sastra membicarakan karya sastra secara langsung: menganalisis, menginterpretasi, dan menilai karya sastra. 
Istilah kritik berasal dari bahasa Yunani krites yang berarti seorang hakim,’krinein berarti menghakimi’, dan kritikos berarti hakim kesusastraan. Istilah kritik sastra ini pun memiliki pengertian yang berubah-ubah. Yang dimaksud kritik sastra oleh Frye adalah semua kerja kesarjanaan dan selera yang berhubungan dengan kesusastraan yang merupakan bagian dan pendidikan liberal, kebudayaan atau studi humanitas.
Wellek mengumakakan teori sastra berbeda dengan kritik sastra. Kritik sastra dalam arti sempit adalah studi karya-karya sastra yang konkret dengan tekanan pada penilaiannya. Menurut Jassin kritik sastra itu pertmbangan baik atau buruk karya sastra, penerangan dan penghakiman karya sastra. Kritikus dipandang sebagai seorang ahli yang memiliki kepadaian khusus untuk membedah karya sastra, memeriksa karya sastra mengenal kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya, dan menyatakan pendapatnya tentang itu.
Pradopo menyimpulkan kritik sastra memberi penilaian dan keputusan mengenai bermutu atau tidaknya suatu karya sastra. Dalam kritik sastra, suatu karya diuraikan (dianalisis) unsur-unsur atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu persatu, kemudian ditentukan berdasarkan “hukum-hukum” penilaian karya sastra, bernilai atau kurang bernilainya karya sastra itu.
Bagi M.H. Abrams, kritikus tidak hanya menjadi hakim semata-mata, tapi juga berhubung dengan pendefinisian, penggolongan (pengklasan), penguraian (analisis), dan penilaian (evaluasi) karya sastra. Jadi dalam melakukan kritik, seorang kritikus menggolongkan, menguraikan, atau memecah-mecah karya sastra ke dalam unsur pembentuknya atau norma-normanya, disertai tafsiran dan pada akhirnya menerangkan karya sastra yang dikritik tersebut, bagaimana kelebihan dan cacat/kurangnya dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Metode structural
Metode ini berdasarkan teori bahwa karya satra merupkan sebuah struktur yang terdiri dari bermacam-macam unsure pembentuk struktur. Antar unsure-unsur pembentuknya ad jalinan erat atau koheren. Struturalisme adalah suatu cara mencari realitas dalam hal-hal atau benda-benda yang saling berjalinan antara sesamanya, bukan dalam hal-hal yang bersifat individu “Scholes,1977,4”. Dunia lebih terbentuk dari hubungan-hubungan daripada hal-hal “Hawkes,1978,17-18”. Tiap-tiap unsure tidak mempunyai makna dengan sendirinya, maknanya ditentukan oleh hubungan-hubungan denga unsure-unsur yang terlibat dalam sebuah situasi”Hawkes,1978,17-18. Makna unsure-unsur karya satra itu hanya dapay dipahami dan nilai sepenuhnya atas dasar tempat da fungsi unsure itu dalam keseluruhan karya satra”Teeuw,1983.16”.
Metode structural merupakan metode penelitian kritik objektif. Penelitian satra dengan metode ini berupa penelitian sastra dengan metode ini berupapenelitian struktur karya satra beserta kompleksitasnya. Penelitian makna tiap unsurnya berdasarkan jalinanya atau koherensi dengan unsur lain dalam struktur tersebut.
Gaya bahasa
Gaya merupakan sarana bercerita. Dengan demikian gaya biasanya disebut sebagai cara pengungkapan seseorang yang khas bagi seseorang pengarang dalam memilih dan menggunakan kata, kelompok kata, atau kalimat ungkapan.
Dalam mengapresiakan karya sastra, selain memahami isi dan bentuk, juga harus sampai pada menanggapi peristiwa dan bahasa pengarang. Salah satu cara pengarang  mengekspresikan. Keindahan karangan yaitu dengan plastic bahasa. Plastic bahasa adalah kekuatan kata atau bahasa untuk membentuk gambaran di benak seseiorang yang mendengar atau membaca kata-kata “ Tjahyono, 1988 “. Salah satu yang membentuk pengarang dalam membentuk plastic bahasa yang kuat adalah gaya bahasa.
Menurut HB Jassin, gaya bahasa adalah perihal memilih dan memprrgunakan kata sesuai dengan isi yang mau di sampaikan. Sedangkan menurut Nata Wijaya “1986, 73”, gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu, sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap pemerhati terhadap pembava dan pendengar.

Jenis-jenis Gaya Bahasa
Secara garis besar, gaya bahasa dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu
  1. Gaya bahasa perbandingan
  2. Gaya bahasa penegasan
  3. Gaya bahasa sindiran
  4. Gaya bahasa pertentangan
Penjelasan
  1. Gaya bahasa perbandingan
Sesuai dengan namanya gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang berusaha membuat ungkapan dengan cara memperbandingkan suatu hal atau keadaan dengan hal atau keadaan yang lain.
Ragam gaya bahasa perbandingan
a.       Gaya bahasa personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa yang menganggap benda-benda tak bernyawa mempubyai kegiatan, maksud dan nafsu seperti yang dimiliki manusia.
Contoh : “Langit gelap, hitam pekat bagaikan tertumpah ke atas taplak meja. Angin  malam berhembus kencang bersiul-siul di sela-sela pohon waru”. Halaman .05
b.      Gaya bahasa metafora
Metafora adalah gaya bahasa yang memperbandingkan secara langsung sesuatu hal atau keadaan dengan hal atau keadaan yang memiliki sifat, keadaan, atau perbuatan yang sama.
Contoh : “Mamat menjulurkan kepalanya keluar jendela. Betul, gelombang kebisingan melanda jalan raya di sekitar palang kereta api. Tampak antrian mobil dan motior deretannya semakin memanjang “. Halaman. 11
c.       Gata bahasa asosiasi
Asosiasi perbandingan terhadap suatu benda yang sudah disebutkan sehingga menimbulkan asosiasi atau tanggapan dengan benda yang di perbandingkan itu, biasanya dinyatakan dengan kata, bagai, seperti, laksana, bak, dan sebagainya.
Contoh : “Dan aku pun tidak tahan lagi tinggal tersiksa dalam neraka ini. Daripada aku makan hati setiap hari dan kelaparan, bukankah masih ada kedua orang tuaku di desa? Lagi pula, bukan sekali dua kali kau mengusirku “. Halaman .31
d.      Gaya bahasa metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang menyamankan sepatah kata atau nama yang memiliki hubungan dengan suatu benda lain yang merupakn merek perusahaan atau perdagangan. Atau menyatakan sesuatu langsung menyebutkan nama.
Contoh : “Aku lebih suka di tambak mati. Ya , lebih baik mati daripada terpaksa mendekam di dalam bui. Dan aku memang kepingin lekas mati “. Halaman . 57

e.       Gaya bahasa simbolik
Simbolik adalah yang menyamakan sepatah kata nama dengan kata atau nama benda lain.
Contoh :“Jadi maksudmu kita ini mayat-mayat yang berjalan, mayat-mayat yang gentayangan?” ujar tono tak mengerti “. Halaman .23
f.       Gaya bahasa tropen
Gaya bahasa tropen adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang tepat dan sejajar artinya dengan pengertian yang dimaksud.
Contoh : “Hening sejurus. Lalu jawab tono sungguh-sungguh dan wajahnya memancarkan ketegangan, katanya “. Halaman .08


g.      Gaya bahasa litotes
Gaya bahasa litotes adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang berlawanan arti atau mengurangi kenyataan untuk merendahkan diri sebagai gaya pelembut untuk mempersopan yang kena kepada dirinya sendiri.
Contoh :“Mamat menelan ludah. Buah tenggorokannya turun-naik, lalu katanya pula “. Halaman 11
h.      Gaya bahasa eufenisme
Eufenisme adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata lain dari pengetian sebenarnya dengan maksud agar terdengar lebih sopan, agar jangan sampai melukai hati orang tersebut.
Contoh : “Nanti aku bikin sepotong surat perjanjian hita di atas putih. Dan aku harus pasang cap jempol di atasnya. Surat itu maksudnya “. “Sejak  tadi  Putro berdiri di jalan yang lengang, di bawah tiang listrik berlampu muram, seoeri ia sedang menantikan seseorang “. Halaman . 39-41
i.        Gaya bahasa hiperbola
Adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu hal atau keadaan serta berlebihan menggunakan kata-kata yang mengandung makna lebih hebat atau rasa yang sebenarnya.
Contoh : Disesalinya keadaannya, disesalinya dirinya. Putro yang dulu tak pernah meninggalkan shalat lima waktu, sekarang tidak lagi mau bersujud menyembah Allah. Ia jadi mungkar, terdampar di ranah penuh belukar dosa dan nista. Pikirannya kalut dan kusut. Perasaannya buncah “. Halaman
j.        Gaya bahasa sinedose
a.       Sinedose pras pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian dari bagian hal tersebut namun dimaksud untuk keseluruhan.
Contoh :“Laki-laki itu memberengut dan berkata kesal ,”Berrr…., bukan main dinginya. Malam keparat. Ah , lagi-lagi mendung, pasti akan hujan lagi “. Halaman .0 6
b.      Totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagian, namun yang dimaksud keseluruhan.
Contoh :“Guntur bergegar lagi, dahsyat menderu-deru. Petir berdenyar, kilat menyambar-nyambar. Disusul hujan lebat deras tercurah di langit. Suasana jadi begitu menyeramkan . lampu di gardu juga berkelap-kelip, sebentar nyala sebentar padam “. Halaman .15
k.      Gaya bahasa alusio
Alusio adalah gaya bahasa yang memakai ungkapan, kiasan atau pribahasa yang sudah lazim dipkai orang.
Contoh :“Ocehanmu tadi mesalkan napasku,” sahut tini jengkel “. Halaman .61
l.        Gaya bahasa antonomasia
Antonomasia adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama orang dengan sebutan lain sesuai dengan ciri fisik dirinya atau watak orang tersebut, atau menyatakan sesuatu dengan menggunakan kata majemuk posesif.
Contoh :“Bahkan diriku pun, kehormatanku, kuobral kepada siapa saja yang mau membayar, dan harganya tidak semahal pula “. Halaman .63
m.    Gaya bahasa perifrasis
Gaya bahasa perifrasis adalah gaya bahasa yang dipakai dalam rangkaian tuturan secara keseluruhan.
Contoh : “Dengan langkah gontai, tubih lunglai dan rambut kusut-masai putro tiba di depan pintu  gang becek dan kumuh. Lalu digembrangnya pintu itu, digedornya keras-keras seraya membentak garang “. Halaman .24        
  1. Gaya bahasa penegasan
Gaya bahaa penegasan adalah gaya bahas yang berusah menekankan pengertian suatu kata atau ungkapan.

a.       Gaya bahasa pleonasme
Pleonasme adalah gaya bahasa yang menjelaskan sebuah kata yang sebenarnya tidak perlu dijelaskan lagi Karena sudah jelas pengertiaanya.
Contoh :“Dan aku pun tidak tahan lagi tinggal tersiksa dalam neraka ini. Daripada aku makan hati setiap hari dan kelaparan, bukankah masih ada kedua orang tuaku di desa? Lagi pula, bukan sekali dua kali kau mengusirku “. Halaman .31
b.      Gaya bahasa pararelisme
Pararelisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan perulangan kata atau kelompok kata di depan atau di belakang.
Contoh :“Jadi maksudmu kita ini mayat-mayat yang berjalan, mayat-mayat yang gentayangan?” ujar tono tak mengerti “. Halaman .23
c.       Gaya bahasa repetisi
Repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau kelopmpok kata beberapa kali dalam kalimat yang berbeda.
Contoh :“Tanda kereta api cepat jurusan Jakarta Surabaya telah lewat. Di kejauhan masih terdengar peluit kereta api menjerit-jerit. Raung dan deru kereta api makin menjauh, menjauh….”.  Halaman .70
d.      Gaya bahasa tautology
Gaya bahasa tautology adalah gaya bahasa yang mengulang kata sepatah kata atau sekelompok kata beberapa kali dalam kalimat.
Contoh : “Mereka tidak mampu, mereka melarat. Hidup mereka sengsara. Mereka sendiri kelaparan. Makan eceng gondok……”. Halaman . 35
e.       Gaya bahasa klimaks
Gaya bahasa klimaks aadalah beberapa hal berturut-turut makin lama makin hebat atau makin memuncak.
Contoh  :“Guntur bergegar lagi, dahsyat menderu-deru. Petir berdenyar, kilat menyambar-nyambar. Disusul hujan lebat deras tercurah di langit. Suasana jadi begitu menyeramkan . lampu di gardu juga berkelap-kelip, sebentar nyala sebentar padam “. Halaman .15
f.       Gaya bahasa antiklimaks
Antiklimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama melemah artinya.
Contoh : “Nanti aku bikin sepotong surat perjanjian hita di atas putih. Dan aku harus pasang cap jempol di atasnya. Surat itu maksudnya “. “Sejak  tadi  Putro berdiri di jalan yang lengang, di bawah tiang listrik berlampu muram, seperti ia sedang menantikan seseorang “. Halaman . 39-41
g.      Gaya bahasa asindenton
Adalah gaya bahasa yanga menyatakan sesuatu dengan perincian tanpa kata sambung, atau menyatakan beberapa hal berturut-turut kata-kata penghubung.
Contoh : “Dengan langkah gontai, tubih lunglai dan rambut kusut-masai putro tiba di depan pintu  gang becek dan kumuh. Lalu digembrangnya pintu itu, digedornya keras-keras seraya membentak garang “. Halaman .24        
h.      Gaya bahasa polisidenton
Gaya bahasa polisidenton adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan memakai kata penghubung atau kata sambung yang sama.
Contoh : “Laki-laki itu memberengut dan berkata kesal ,”Berrr…., bukan main dinginya. Malam keparat. Ah , lagi-lagi mendung, pasti akan hujan lagi “. Halaman .0 6
i.        Gaya bahasa enumerasi
Adalah gaya bahasa ini di pakai untuk menyebutkan beberapa peristiwa yang membentuk kesatuan, dituliskan bagian demi bagain supaya jelas.
Contoh : “Apa katamu?”tukas Putro.  Kerja di luar negri? Huh, aku tak sudi jadi kuli di negri orang. Aku masih punya harga diri. Gongsi dong? Hujan emas di negri orang, hujan batu di negri sendiri, masih ku pilih negri sendiri “. Halaman .27
j.        Gaya bahasa interupsi
Adalah gaya bahasa penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat sisipan di antar kalimat pokok, dengan maksud menjelaskan sesuatu dalam kalimat tersebut.
Contoh :“Baru  jam sebelas lebih sedikit,” sahut kawannya sambil menguap panjang. Kau sekarang kok rajin benar, No. masih jam lagi baru aku aplos, dan si jagur belum lagi lewat, kau sudah muncul…… kau kepingin naik pangkat, apa?”. Halaman .06
k.      Gaya bahas retoris
Gaya bahasa retoris adalah yang menggunakan kalimat Tanya yang memerluka jawaban.
Contoh :“Bangsat? Mengapa pintu ini selalu ditutup? Apa maksudnya? Bikin sial “. Halaman .24
l.        Gaya bahasa koreksio
Koreksio adalah gaya bahasa yang berisi pembentukan apa yang diucapkan yang salah sebelumnya, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Contoh : “Dan aku pun tidak tahan lagi tinggal tersiksa dalam neraka ini. Daripada aku makan hati setiap hari dan kelaparan, bukankah masih ada kedua orang tuaku di desa? Lagi pula, bukan sekali dua kali kau mengusirku “. Halaman .31
m.    Gaya bahasa eksklamasio
Adalah gaya bahasa yang memakai kata-kata seru untuk menegaskan maksud.
Contoh : “Disesalinya keadaan, disesalinya diinya. Putro yang dulu tak pernah meninggalkan shalat lima waktu, sekarang tidak lagi mau bersujud menyembah Allah. Ia jadi mungkar, terdampar di ranah penuh belukar dosa dan nista. Pikirannya kalut dan kusut. Perasaannya buncah “. Halaman . 26
n.      Gaya bahasa elipsi
Gaya bahasa ini menghilangkan satu unsur atau beberapa unsur kal;imat, mungkin subyek, predikat, atau keterangan jadi gaya bahasa ini mempergunakan bentuk kalimat elips supaya penegasan jatuh pada kata-kata yang disebutkan.
Contoh : “Hujan lebat turun menderu-deru dibarengi angin bertiup kencang. Petir halilintar menggelegar-gelegar bersambungan “. Halaman . 32
  1. Gaya bahasa sindiran
Gaya bahasa sindiran adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyindir orang lain, dari sindiran haluds sampai pada sindiran kasar sebagai ungkapan persaan tak senang atau marah.
Gaya bahasa sindiran dibedakan menjadi tiga macam.
a.       Gaya bahasa ironi
Dalam ironi dipakai kata-kata yang berlawanan dengan maksud sebenarnya.
Contoh : “Baru  jam sebelas lebih sedikit,” sahut kawannya sambil menguap panjang. Kau sekarang kok rajin benar, No. masih jam lagi baru aku aplos, dan si jagur belum lagi lewat, kau sudah muncul…… kau kepingin naik pangkat, apa?”. Halaman .06
b.      Gaya bahasa sinisme
Hampir mirip dengan ironi, tetapi kata-kata yang dipergunakan sudah terdengar agak kasar.
Contoh : “Laki-laki itu memberengut dan berkata kesal ,”Berrr…., bukan main dinginya. Malam keparat. Ah , lagi-lagi mendung, pasti akan hujan lagi “. Halaman .0 6

c.       Gaya bahasa sarkasme
Merupakan gaya bahasa sindiran yang paling kasar.
Contoh :“Binatang ?” bentak Putro marah. Aku tidak Tanya semua itu. Aku lapar , lapaaaaaar??? Aku mau makan sekarang , sekarang juga?”. Halaman .29
  1. Gaya bahasa pertentangan
Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang diungkapkan dengan jalan mempertentangkan suatu hal atau keadaan.
Ragam gaya bahasa pertentangan.
a.       Gaya bahasa paradok
Paradok adalah gaya bahasa yang terlihat seolah-olah ada pertentangan.
Contoh :“Disesalinya keadaan, disesalinya diinya. Putro yang dulu tak pernah meninggalkan shalat lima waktu, sekarang tidak lagi mau bersujud menyembah Allah. Ia jadi mungkar, terdampar di ranah penuh belukar dosa dan nista. Pikirannya kalut dan kusut. Perasaannya buncah “. Halaman . 26
b.      Gaya bahasa kontradiksi in terminis
Adalah gaya bahasa yang berisi ungkapan yang bertentangan dengan apa yang disebutkan sebelumnya.
Contoh :“Dan aku pun tidak tahan lagi tinggal tersiksa dalam neraka ini. Daripada aku makan hati setiap hari dan kelaparan, bukankah masih ada kedua orang tuaku di desa? Lagi pula, bukan sekali dua kali kau mengusirku “. Halaman .31
c.       Gaya bahasa antithesis
Antithesis adalah gaya bahasa pertentangan yang mempergunakan paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh :“Langit gelap, hitam pekat bagaikan tertumpah ke atas taplak meja. Angin  malam berhembus kencang bersiul-siul di sela-sela pohon waru”. Halaman .05
KUTIPAN CERPEN LAPAR KARYA MUHAMMAD ALI
v  Kutipan satu

“Langit gelap, hitam pekat bagaikan tertumpah ke atas taplak meja. Angin  malam berhembus kencang bersiul-siul di sela-sela pohon waru”. Halaman .05

Kritikan

“Muhammad Ali terlalu berlebihan dalm mengungkapkan kesediha yang dia alami putro karna putro mendapat sebuah musibah yaitu ia di PHK karna PT KA tidak bisa menggaji lagi kepada karyawanya.

Kritikan

v  Kutipan dua

“Laki-laki itu memberengut dan berkata kesal ,”Berrr…., bukan main dinginya. Malam keparat. Ah , lagi-lagi mendung, pasti akan hujan lagi “. Halaman .0 6

Kritikan

Tak sepantasnya kita mengatakan kata-kata yaitu” keparat” karna menuruti hawa nafsu kita yang tidak bisa terkontrol karna  sebuah kekesal yang di alami putro.

v  Kutipan tiga

“Baru  jam sebelas lebih sedikit,” sahut kawannya sambil menguap panjang. Kau sekarang kok rajin benar, No. masih jam lagi baru aku aplos, dan si jagur belum lagi lewat, kau sudah muncul…… kau kepingin naik pangkat, apa?”. Halaman .06

Kritikan

Sindiran tersebut emang pantas di katakana karna untuk mengharhai sebuah waktu agar tidak di sia-siakan untk hal yang tidak bermanfaat karna dalam dunia kerja waktu adalah sebuah kedisiplinan untuk meraih sebuah kesuksesan kalua kiti menganbaikanya maka kita sendiri akan terjerumus dalam ketidak suksesan yaitu sebuah kegagalan.

v  Kutipan empat

“Hening sejurus. Lalu jawab tono sungguh-sungguh dan wajahnya memancarkan ketegangan, katanya “. Halaman .08

Kritikan

Tak sepantasnya tono ketakutan karena ketakutan itu adalah dari dalam diri kita sendiri dan hantu itu tidak akan datang apabila kita sendiri yang mengganggunya.

v  Kutipan lima

“Mamat menjulurkan kepalanya keluar jendela. Betul, gelombang kebisingan melanda jalan raya di sekitar palang kereta api. Tampak antrian mobil dan motior deretannya semakin memanjang “. Halaman. 11


Kritikan

Seharusnya mamat sebagai penjaga palang kerta api bisa mengatasi kendaraan yang berhenti karna ada kereta api yasng mau lewat malah di pandang saja sehingga parah pengendara bnyak yang yang ugal-ugalan untuk selalu mendahului.

v  Kutipan  enam

“Mamat menelan ludah. Buah tenggorokannya turun-naik, lalu katanya pula “. Halaman 11

Kritikan

Mamat tak sepantasnya takut karena ketakutan itu membawa kita ke jalan yang tidak benar karan segala sesuatu itu yang merencanakan adalah tuhan yang mah esa.

v  Kutipan tujuh

“Guntur bergegar lagi, dahsyat menderu-deru. Petir berdenyar, kilat menyambar-nyambar. Disusul hujan lebat deras tercurah di langit. Suasana jadi begitu menyeramkan . lampu di gardu juga berkelap-kelip, sebentar nyala sebentar padam “. Halaman .15

Kritikan

Kutipan tersebut  menandakan sebuah suasana yang hening dan rasa ketakutan yang mendalam pada mamat dan putro terhadap kejadiaan yang di alami temannya yaiti putro.

v  Kutipan delapan

“Pagi tiba. Langit berangsur-angsur terang kebiru-biruan. Matahari mulai menampakkan wajahnya yang memancarkan cahaya. Suasana berubah jadi melegakan. Kesuraman dan keseraman yang mecekam semalam, kini buyar disapu oleh cahaya sang surya “. Halaman . 19

Kritikan

Sebenarnya segala sesuatu yang terjadi itu adalah semua kehendah sang ilahi robbi manusia hanya meminta agar di beri ke selamatan serta kemudahan dalam menjalani sebuah ke hidupan yang abadi.

v  Kutipan Sembilan

“Jadi maksudmu kita ini mayat-mayat yang berjalan, mayat-mayat yang gentayangan?” ujar tono tak mengerti “. Halaman .23

Kritikan

Kita sebagai bawahan harus mentaati apa yang di perintah oleh atasan kita tidak boleh sampai melanggarnya dan sebalinya atasan jangan  semena-mena pada bawahan karna menjadi contoh bagi bawahanya, maka denga demikian harus berjalan bersama dan mencapai satu tujuan bersama yaitu kesuksesan dalam menjadi dan keselamatan kerja.




v  Kutipan sepuluh

“Dengan langkah gontai, tubih lunglai dan rambut kusut-masai putro tiba di depan pintu  gang becek dan kumuh. Lalu digembrangnya pintu itu, digedornya keras-keras seraya membentak garang “. Halaman .24           

Kritikan

Meskipun kita landai musibah yaitu ke hillangan sebuah pekerjaan kita harus tetap tabah bukan malah menjadi orang yang hilang ingatan dan menjadi sesat serta kemurkaan yang tak jelas dan orang lain menjadi kambing hitamnya.

v  Kutipan sebelas

“Bangsat? Mengapa pintu ini selalu ditutup? Apa maksudnya? Bikin sial “. Halaman .24

Kritikan

Kata bangsat itu tak pantas di katakan karna kata tersebut sangat kasar, meskipun kita di beri cobaan seharusnya kita bisa mengkoreksi diri kita sendiri apa yang membuat atsan kita mempperhentikan kita dalm bekerja.

v  Kutipan dua belas

“Disesalinya keadaan, disesalinya diinya. Putro yang dulu tak pernah meninggalkan shalat lima waktu, sekarang tidak lagi mau bersujud menyembah Allah. Ia jadi mungkar, terdampar di ranah penuh belukar dosa dan nista. Pikirannya kalut dan kusut. Perasaannya buncah “. Halaman . 26

Kritikan

Tak sepantasanya putro meninggalkan sholat yang menjadi kewajiban kita sebagai umat islam karna kehilanga pekerjaan, seharusnya ia lebih mendekati tuhan yang maha kusasa biar di beri kemudahan dalam melakukan sesuatu dalam hal bekerja. Dan Allah sendiri sudah punya rencana lain terhadap putro jadi putro harus sabar dan tabah.

v  Kutipan tiga belas

“Apa katamu?”tukas Putro.  Kerja di luar negri? Huh, aku tak sudi jadi kuli di negri orang. Aku masih punya harga diri. Gongsi dong? Hujan emas di negri orang, hujan batu di negri sendiri, masih ku pilih negri sendiri “. Halaman .27

Kritikan

Seharususnya putro mengerti apa yang di katakan istriya karna istrinya juga butuh uang untuk membeli susu anaknya dan keperluan sehari-hari. Bukan malah marah-marah tidak jelas.

v  Kutipan empat belas

“Binatang ?” bentak Putro marah. Aku tidak Tanya semua itu. Aku lapar , lapaaaaaar??? Aku mau makan sekarang , sekarang juga?”. Halaman .29

Kritikan

Putro sebaiknya bisa menerima keadaan yang ia alami sekarang terhadap ke luarganya. Dan ia sendiri harus berfikir dalam berkata sehingga tidak menyinggung perasaan istrinya dengan kata-kata binatang.

v  Kutipan lima belas

“Dan aku pun tidak tahan lagi tinggal tersiksa dalam neraka ini. Daripada aku makan hati setiap hari dan kelaparan, bukankah masih ada kedua orang tuaku di desa? Lagi pula, bukan sekali dua kali kau mengusirku “. Halaman .31

Kritikan

Dan tini sebagai seorang istri harus bisa memotivasi suaminya biyar ke luarganya utuh walaupun badai menghadang. Bukan malah ikut emosi juga terhadap suaminya yang kerjaannya marah dan marah setiap hari.

v  Kutipan enam belas

“Putro merasa ada sesuatu yang tercabut dari jiwanya. Ada sesuatu yang hilang dan meninggalkan luka yang pedih menyayat hati “. Halaman . 31

Kritikan

Segala sesuatu yang terjadi akibat dari tindakan kita sendiri karna tidak berfikir dingin dan tidak menghiraukan apa yang akan terjadi, kalau sudah begini siapa yang mau di persalahkan karna kedua-duanya menuruti hawa nadsunya yang besar yang timbul karna ke egoisan.

v  Kutipan tujuh belas

“Hujan lebat turun menderu-deru dibarengi angin bertiup kencang. Petir halilintar menggelegar-gelegar bersambungan “. Halaman . 32

Kritikan

Kutipan tersebat menggambarkan keluarga tini dan putro tidak bisa di selamatkan lagi karna mereka memutuskan tanpa melihat akibatnya yang begitu besar dan berdampak pada anaknya.

v  Kutipan delapan belas

“Mereka tidak mampu, mereka melarat. Hidup mereka sengsara. Mereka sendiri kelaparan. Makan eceng gondok……”. Halaman . 35

Kritikan

Kita tidak boleh menghina siapa pun meskipun dulunya berkecukupan sekarang menjadi kemelaratan karna itu semua peringatan bagi kita semua agar merka bisa berfikir dan berbagi terhadap saudara kita yang mengalami kekuranga.

v  Kutipan Sembilan belas

“Nanti aku bikin sepotong surat perjanjian hita di atas putih. Dan aku harus pasang cap jempol di atasnya. Surat itu maksudnya “. “Sejak  tadi  Putro berdiri di jalan yang lengang, di bawah tiang listrik berlampu muram, seperti ia sedang menantikan seseorang “. Halaman . 39-41

Kritikan

Seharusnya mereka bisa mempertahankan pernikahannya sampi akhir menutup mata. Bukan malh menuruti nafsu kita yang begitu besar.

v  Kutipan dua puluh

“Lho inikan Mas Putro? Ada apa mas, Ah, terlalu. Sungguh-sungguh mengejutkan. Nyaris putus napasku, benar-benar aku pangling “. Halaman . 42

Kritikan

Putro seharusnya tabah dan tegar dalam menghadapi musibah tersebut. Bukan menjadi seorang yang jahat terhadap teman-tamannya.

v  Kutipan dua puluh satu

“Malam ini kok sepi amat, ya Tin?” kata seseorang perempuan dengan suara genit, yang duduk di belakang meja panjang sebuah warung di komplek lokasi tunasila yaitu sarang pelacur yang ada di pinggiran kota, tidak separti kemarin-kemarin “. Halaman .48

Kritikan

Bukan salah tini menjadi seorang pelacur karna ia sekarang di butahkan oleh mata hatinya sendiri karna demi uang ia rela mennjual harga dirinya untuk bertahan hidup di era modrn seperti ini.

v  Kutipan dua puluh dua

“Masih ada rokokmu, As?” Rokok” Astaga “ sahut perempuan genit itu, “sejak kemarin , aku Cuma ngisap sebatang. Ia pun diberi juragan, eh bukan, kuminta dari orang lalu. Cuma sebatang. Bukan sudah kukatakan beberaoa hari belakangan ini memng hari-hari sial bagiku. Sampai-sampai membeli rokok eceran pun tak mampu “. Halaman . 50

Kritikan

Dan teman tini seharusnya bisa menasehati meskipun ia sendiri hidup serba kekurangan, bukan untuk mengajak ke jalan yang tidak benar serba memperbanyak masalah karan di perbudak oleh uang.

v  Kutipan dua puluh tiga

“Aku lebih suka di tambak mati. Ya , lebih baik mati daripada terpaksa mendekam di dalam bui. Dan aku memang kepingin lekas mati “. Halaman . 57

Kritikan

Kematian itu sudah ada yang ngatur jadi kita sebagai manusia harus bisa menerima kenyataan apa yang sekarang di jalaninya, bukan malah ingin mati karna sebuah kekecewaan yang di landanya yang mengakibatkan kesengsaraan.




v  Kutipan dua puluh empat

“Ocehanmu tadi mesalkan napasku,” sahut tini jengkel “. Halaman .61

Kritikan

Tini sebaiknya bisa merendam emosinya terhadap putro agar permasalah tidak menjadi kacau balua yang berkepanjangan.

v  Kutipan dua puluh lima

“Bahkan diriku pun, kehormatanku, kuobral kepada siapa saja yang mau membayar, dan harganya tidak semahal pula “. Halaman .63

Kritikan

Tini seharusnya bisa menjaga harga dirinya dari para lelaki berhidung belang bukan malah menawarkanya karna sebuah nafsu belaka.

v  Kutipan dua puluh enam

“mas putro,’ ujar tini pilu, Rupanya engkau belum paham juga. Lihatlah keadaanku sekarang. Kotor berlumur najis. Sampah masyarakat “. Halaman .63-64

Kritikan

Putro seharusnya bisa memberi motivasi meskipun ia sekarang terjerumus ke jalan yang tidak benar yaitu jalan menuju kesengsaraan ia sendiri.

v  Kutipan dua puluh tujuh

“Suara putro dan tini menggema, mengaung bergantung sawang lengang, seih menyayat hati dan sungguh menyeramkan, mengwawang, melayang-layang dalam tayangan angi malam yang dingin dan lembab “. Halaman .68

Kritikan

Bunuh diri bukan jalan akhir segalanya tapi masih di pertanggungjawabkan di akhirat kelak.

v  Kutipan dua puluh delapan

“Tanda kereta api cepat jurusan Jakarta Surabaya telah lewat. Di kejauhan masih terdengar peluit kereta api menjerit-jerit. Raung dan deru kereta api makin menjauh, menjauh….”.  Halaman  .70

Kritikan

Keheningan kini masih menghantui stasiun kereta api tempat putro bekerja. Sebenarnya tindakan putro tersebut sangat merugikan ia sendiri dan ke luarganya.

v  Kutipan dua puluh sembilan

“Di kejauhan terdengar adzan shubuh syahdu menggema, berkumandang memenuhu angkasa raya. Menyuruh umat agar bersujud menyembah Tuhannya, Allah Yang Maha Esa “. Halaman . 70
Kritikan

Emang benar sholat itu menjadi hati kita tentram dan damai serta setan tidak bisa menganggu kita apalagi hawa nafsu kita sendiri yang berbahaya.

v  Kutipan tiga puluh

“Inilah akibat yang ditimbulkan oleh tindakan PHK yang menimpa pekerja kita. Gampang saja para atasan dan para majikan men-PHK-kan para karyawannya. Sama sekali tidak mereka pikirkan apa kibat yang ditimbulkan terhaap mereka yang tertimpa naas itu. Rumah tanggahnya hancur. Keluargannya berantakan. Hidupnya ngenas t erluntah-luntah…”. Halaman . 70-71

Kritikan

Rusaknya rumah tangga akibat kita sendiri yang tidak bisa menjaganya apabila salah satu dari kita ada yang mengalah insyak Alla rumah tangga kita baik-baik saja tidak sampai berantakan. .





















Daftar Pustaka
Andre hardjana. 1991. Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.
Atar Semi. 1993. Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa raya
Burhan Nurgiyantoro. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta.: Gajah Mada University Press.
Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi sastra. Yogyakarta: UGM Press.
Griffith, Jr. Kelley. 1990 Writing Essays about Literature: A Guide and Style Sheet. New York: Harcout, Brave Javonovich.
Hasim amir. 1990. Pendidikan Sastra Lanjut. Malang: Penyelenggara Pendidikan Pascasarjana, Proyek peningkatan perguruan tinggi.


Dosen Pembimbing

Drs. Arif Susanto, S.S

KRITIK SASTRA

NAMA : FATKHUR RIF’AN
NPM   : 09188201180
 KEL   :   2009-D










Tidak ada komentar:

Posting Komentar