Sinopsis
Cerpen
lapar menceritakan tentang karyawan KA yaitu putro, ia di PHK karna PT persero
KA mengalami kebangkrutan dalam administrasinya sehuingga banyak karyawan yang
di PHK. Sebab KA tidak bisa menggaji lagi. Tidak hanya putro saja yang di PHK.
Bulan
demi bulan telah berlalu, putro mencari pekerjaan kesan-kemari tetapi masih
belum dapat pekerjaan untuk menghidupi istrinya yang bernama tini dan anaknya
yang bernama ana. Akhirnya putrid meras putus asa karnaia sia-sia melamar
pekerjaan tidak satu pun perusahaan yang menerimanya, bahkan untuk makan setiap
harinya ia menungguh sedekah dari tetanggahnya karna sepeser uang pun ia tak
punya.
Dan
putro sekarang menjadi seorang pemarah karna kini kehidupannya penuh enga
kesengsaraan. Kerjaannya setiap hari marah tanpa sebab, akhirnya tini juga
kesal terhadap putro dan ia memutuskan meninggalkan rumah untuk mencari
pekerjaan untuk menghidupi anaknya karna tinggal kulit dan tulang.
Pada
saat perjalanan tini melihat rumahyang mewah. Dan ia memutuskan untuk bekerja
di situ apa daya tangan tak sampai karna orang yang punya rumah hanya ingin
mengambil anaknya saja tidak mau ibunya untuk di jadikn pembantu. Dan orang
tersebut membayar anaknya hanya dengan uang seratus ribu rupiah.
Tahun
demi tahu berlalu kini tini hidupnya tidak karuan juga ia jadi perempuan yang
nakal yaitu jad kupu-kupu malam di stasiun KA. Tanpa terduga pada saat tini
mencari brondong ia bertemu suaminya yaitu putro, putro sendiri sekarangsudah
tidak karuan penampilannya kumuh seperti orang gila.
Di
saat itu juga, akhirnya mereka di pertemukan kembali dan tini menceritakan
semuanya tentang apa yang terjadi pada dirinya da anaknya. Dengan begitu putro
marah kepada tini karna anaknya di jual. Dan puto tanpa sadar mendorong tini ke
lintasan KA, akhirnya tini tertabrak KA. Pada saat kejadian tersebut putro
sangat takut akhirnya ia bunuh diri juga di lintasan KA dan ia meninggal dunia
juga.
Pengertian kritik sastra
Pradopo
mencoba menjelaskan perbedaan antara kritik sastra, teori sastra, dan sejarah
sastra. Seperti yang diungkap Wellek bidang studi sastra meliputi tiga
hal yaitu; kritik sastra, teori sastra, dan sejarah sastra. Teori sastra ialah
bidang studi sastra yang berhubungan dengan teori-teori kesusastraan. Sejarah
sastra adalah bidang studi sastra yang membicarakan perkembangan sastra sejak
lahir hingga perkembangannya yang terakhir. Kritik sastra membicarakan karya
sastra secara langsung: menganalisis, menginterpretasi, dan menilai karya
sastra.
Istilah kritik berasal dari bahasa
Yunani krites yang berarti seorang hakim,’krinein berarti
menghakimi’, dan kritikos berarti hakim kesusastraan. Istilah kritik
sastra ini pun memiliki pengertian yang berubah-ubah. Yang dimaksud kritik
sastra oleh Frye adalah semua kerja kesarjanaan dan selera yang berhubungan
dengan kesusastraan yang merupakan bagian dan pendidikan liberal, kebudayaan
atau studi humanitas.
Wellek mengumakakan teori sastra
berbeda dengan kritik sastra. Kritik sastra dalam arti sempit adalah studi
karya-karya sastra yang konkret dengan tekanan pada penilaiannya. Menurut
Jassin kritik sastra itu pertmbangan baik atau buruk karya sastra, penerangan
dan penghakiman karya sastra. Kritikus dipandang sebagai seorang ahli yang
memiliki kepadaian khusus untuk membedah karya sastra, memeriksa karya sastra
mengenal kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya, dan menyatakan pendapatnya
tentang itu.
Pradopo menyimpulkan kritik sastra
memberi penilaian dan keputusan mengenai bermutu atau tidaknya suatu karya
sastra. Dalam kritik sastra, suatu karya diuraikan (dianalisis) unsur-unsur
atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu persatu, kemudian ditentukan
berdasarkan “hukum-hukum” penilaian karya sastra, bernilai atau kurang
bernilainya karya sastra itu.
Bagi M.H. Abrams, kritikus tidak hanya
menjadi hakim semata-mata, tapi juga berhubung dengan pendefinisian,
penggolongan (pengklasan), penguraian (analisis), dan penilaian (evaluasi)
karya sastra. Jadi dalam melakukan kritik, seorang kritikus menggolongkan,
menguraikan, atau memecah-mecah karya sastra ke dalam unsur pembentuknya atau
norma-normanya, disertai tafsiran dan pada akhirnya menerangkan karya sastra
yang dikritik tersebut, bagaimana kelebihan dan cacat/kurangnya dengan alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan.
Metode structural
Metode
ini berdasarkan teori bahwa karya satra merupkan sebuah struktur yang terdiri
dari bermacam-macam unsure pembentuk struktur. Antar unsure-unsur pembentuknya
ad jalinan erat atau koheren. Struturalisme adalah suatu cara mencari realitas
dalam hal-hal atau benda-benda yang saling berjalinan antara sesamanya, bukan
dalam hal-hal yang bersifat individu “Scholes,1977,4”. Dunia lebih terbentuk
dari hubungan-hubungan daripada hal-hal “Hawkes,1978,17-18”. Tiap-tiap unsure
tidak mempunyai makna dengan sendirinya, maknanya ditentukan oleh
hubungan-hubungan denga unsure-unsur yang terlibat dalam sebuah
situasi”Hawkes,1978,17-18. Makna unsure-unsur karya satra itu hanya dapay
dipahami dan nilai sepenuhnya atas dasar tempat da fungsi unsure itu dalam
keseluruhan karya satra”Teeuw,1983.16”.
Metode
structural merupakan metode penelitian kritik objektif. Penelitian satra dengan
metode ini berupa penelitian sastra dengan metode ini berupapenelitian struktur
karya satra beserta kompleksitasnya. Penelitian makna tiap unsurnya berdasarkan
jalinanya atau koherensi dengan unsur lain dalam struktur tersebut.
Gaya bahasa
Gaya
merupakan sarana bercerita. Dengan demikian gaya biasanya disebut sebagai cara
pengungkapan seseorang yang khas bagi seseorang pengarang dalam memilih dan
menggunakan kata, kelompok kata, atau kalimat ungkapan.
Dalam
mengapresiakan karya sastra, selain memahami isi dan bentuk, juga harus sampai
pada menanggapi peristiwa dan bahasa pengarang. Salah satu cara pengarang mengekspresikan. Keindahan karangan yaitu
dengan plastic bahasa. Plastic bahasa adalah kekuatan kata atau bahasa untuk
membentuk gambaran di benak seseiorang yang mendengar atau membaca kata-kata “
Tjahyono, 1988 “. Salah satu yang membentuk pengarang dalam membentuk plastic
bahasa yang kuat adalah gaya bahasa.
Menurut
HB Jassin, gaya bahasa adalah perihal memilih dan memprrgunakan kata sesuai
dengan isi yang mau di sampaikan. Sedangkan menurut Nata Wijaya “1986, 73”,
gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu, sehingga mempunyai efek
tersendiri terhadap pemerhati terhadap pembava dan pendengar.
Jenis-jenis Gaya Bahasa
Secara
garis besar, gaya bahasa dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu
- Gaya bahasa perbandingan
- Gaya bahasa penegasan
- Gaya bahasa sindiran
- Gaya bahasa pertentangan
Penjelasan
- Gaya bahasa perbandingan
Sesuai
dengan namanya gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang berusaha
membuat ungkapan dengan cara memperbandingkan suatu hal atau keadaan dengan hal
atau keadaan yang lain.
Ragam gaya bahasa perbandingan
a. Gaya
bahasa personifikasi
Personifikasi
adalah gaya bahasa yang menganggap benda-benda tak bernyawa mempubyai kegiatan,
maksud dan nafsu seperti yang dimiliki manusia.
Contoh : “Langit
gelap, hitam pekat bagaikan tertumpah ke atas taplak meja. Angin malam berhembus kencang bersiul-siul di
sela-sela pohon waru”. Halaman .05
b. Gaya
bahasa metafora
Metafora
adalah gaya bahasa yang memperbandingkan secara langsung sesuatu hal atau keadaan
dengan hal atau keadaan yang memiliki sifat, keadaan, atau perbuatan yang sama.
Contoh : “Mamat
menjulurkan kepalanya keluar jendela. Betul, gelombang kebisingan melanda jalan
raya di sekitar palang kereta api. Tampak antrian mobil dan motior deretannya
semakin memanjang “. Halaman. 11
c. Gata
bahasa asosiasi
Asosiasi
perbandingan terhadap suatu benda yang sudah disebutkan sehingga menimbulkan
asosiasi atau tanggapan dengan benda yang di perbandingkan itu, biasanya dinyatakan
dengan kata, bagai, seperti, laksana,
bak, dan sebagainya.
Contoh : “Dan
aku pun tidak tahan lagi tinggal tersiksa dalam neraka ini. Daripada aku makan
hati setiap hari dan kelaparan, bukankah masih ada kedua orang tuaku di desa?
Lagi pula, bukan sekali dua kali kau mengusirku “. Halaman .31
d. Gaya
bahasa metonimia
Metonimia
adalah gaya bahasa yang menyamankan sepatah kata atau nama yang memiliki
hubungan dengan suatu benda lain yang merupakn merek perusahaan atau
perdagangan. Atau menyatakan sesuatu langsung menyebutkan nama.
Contoh : “Aku lebih suka di tambak mati.
Ya , lebih baik mati daripada terpaksa mendekam di dalam bui. Dan aku memang
kepingin lekas mati “. Halaman . 57
e. Gaya
bahasa simbolik
Simbolik
adalah yang menyamakan sepatah kata nama dengan kata atau nama benda lain.
Contoh :“Jadi
maksudmu kita ini mayat-mayat yang berjalan, mayat-mayat yang gentayangan?”
ujar tono tak mengerti “. Halaman .23
f. Gaya
bahasa tropen
Gaya
bahasa tropen adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang tepat dan
sejajar artinya dengan pengertian yang dimaksud.
Contoh : “Hening sejurus. Lalu jawab tono
sungguh-sungguh dan wajahnya memancarkan ketegangan, katanya “. Halaman .08
g. Gaya
bahasa litotes
Gaya
bahasa litotes adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata yang berlawanan
arti atau mengurangi kenyataan untuk merendahkan diri sebagai gaya pelembut
untuk mempersopan yang kena kepada dirinya sendiri.
Contoh :“Mamat
menelan ludah. Buah tenggorokannya turun-naik, lalu katanya pula “. Halaman 11
h. Gaya
bahasa eufenisme
Eufenisme
adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata-kata lain dari pengetian sebenarnya
dengan maksud agar terdengar lebih sopan, agar jangan sampai melukai hati orang
tersebut.
Contoh : “Nanti
aku bikin sepotong surat perjanjian hita di atas putih. Dan aku harus pasang
cap jempol di atasnya. Surat itu maksudnya “. “Sejak tadi
Putro berdiri di jalan yang lengang, di bawah tiang listrik berlampu
muram, seoeri ia sedang menantikan seseorang “. Halaman . 39-41
i.
Gaya bahasa hiperbola
Adalah
gaya bahasa yang menyatakan sesuatu hal atau keadaan serta berlebihan menggunakan
kata-kata yang mengandung makna lebih hebat atau rasa yang sebenarnya.
Contoh : “Disesalinya
keadaannya,
disesalinya dirinya.
Putro yang dulu tak pernah meninggalkan shalat lima waktu, sekarang tidak lagi
mau bersujud menyembah Allah. Ia jadi mungkar, terdampar di ranah penuh belukar
dosa dan nista. Pikirannya kalut dan kusut. Perasaannya buncah “. Halaman
j.
Gaya bahasa sinedose
a. Sinedose
pras pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian dari bagian hal tersebut namun dimaksud untuk keseluruhan.
Contoh :“Laki-laki
itu memberengut dan berkata kesal ,”Berrr…., bukan main dinginya. Malam
keparat. Ah , lagi-lagi mendung, pasti akan hujan lagi “. Halaman .0 6
b. Totem
pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagian, namun
yang dimaksud keseluruhan.
Contoh :“Guntur
bergegar lagi, dahsyat menderu-deru. Petir berdenyar, kilat menyambar-nyambar.
Disusul hujan lebat deras tercurah di langit. Suasana jadi begitu menyeramkan .
lampu di gardu juga berkelap-kelip, sebentar nyala sebentar padam “. Halaman
.15
k. Gaya
bahasa alusio
Alusio
adalah gaya bahasa yang memakai ungkapan, kiasan atau pribahasa yang sudah
lazim dipkai orang.
Contoh :“Ocehanmu
tadi mesalkan napasku,” sahut tini jengkel “. Halaman .61
l.
Gaya bahasa antonomasia
Antonomasia
adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama orang dengan sebutan lain sesuai
dengan ciri fisik dirinya atau watak orang tersebut, atau menyatakan sesuatu
dengan menggunakan kata majemuk posesif.
Contoh :“Bahkan
diriku pun, kehormatanku, kuobral kepada siapa saja yang mau membayar, dan
harganya tidak semahal pula “. Halaman .63
m. Gaya
bahasa perifrasis
Gaya
bahasa perifrasis adalah gaya bahasa yang dipakai dalam rangkaian tuturan
secara keseluruhan.
Contoh : “Dengan
langkah gontai, tubih lunglai dan rambut kusut-masai putro tiba di depan
pintu gang becek dan kumuh. Lalu
digembrangnya pintu itu, digedornya keras-keras seraya membentak garang “.
Halaman .24
- Gaya bahasa penegasan
Gaya
bahaa penegasan adalah gaya bahas yang berusah menekankan pengertian suatu kata atau ungkapan.
a. Gaya
bahasa pleonasme
Pleonasme
adalah gaya bahasa yang menjelaskan sebuah kata yang sebenarnya tidak perlu
dijelaskan lagi Karena sudah jelas pengertiaanya.
Contoh :“Dan
aku pun tidak tahan lagi tinggal tersiksa dalam neraka ini. Daripada aku makan
hati setiap hari dan kelaparan, bukankah masih ada kedua orang tuaku di desa?
Lagi pula, bukan sekali dua kali kau mengusirku “. Halaman .31
b. Gaya
bahasa pararelisme
Pararelisme
adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan perulangan kata atau kelompok
kata di depan atau di belakang.
Contoh :“Jadi
maksudmu kita ini mayat-mayat yang berjalan, mayat-mayat yang gentayangan?”
ujar tono tak mengerti “. Halaman .23
c. Gaya
bahasa repetisi
Repetisi
adalah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau kelopmpok kata beberapa
kali dalam kalimat yang berbeda.
Contoh :“Tanda
kereta api cepat jurusan Jakarta Surabaya telah lewat. Di kejauhan masih
terdengar peluit kereta api menjerit-jerit. Raung dan deru kereta api makin
menjauh, menjauh….”. Halaman .70
d. Gaya
bahasa tautology
Gaya
bahasa tautology adalah gaya bahasa yang mengulang kata sepatah kata atau
sekelompok kata beberapa kali dalam kalimat.
Contoh : “Mereka
tidak mampu, mereka melarat. Hidup mereka sengsara. Mereka sendiri kelaparan.
Makan eceng gondok……”. Halaman . 35
e. Gaya
bahasa klimaks
Gaya
bahasa klimaks aadalah beberapa hal berturut-turut makin lama makin hebat atau
makin memuncak.
Contoh :“Guntur bergegar lagi, dahsyat
menderu-deru. Petir berdenyar, kilat menyambar-nyambar. Disusul hujan lebat
deras tercurah di langit. Suasana jadi begitu menyeramkan . lampu di gardu juga
berkelap-kelip, sebentar nyala sebentar padam “. Halaman .15
f. Gaya
bahasa antiklimaks
Antiklimaks
adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama
melemah artinya.
Contoh : “Nanti
aku bikin sepotong surat perjanjian hita di atas putih. Dan aku harus pasang
cap jempol di atasnya. Surat itu maksudnya “. “Sejak tadi
Putro berdiri di jalan yang lengang, di bawah tiang listrik berlampu
muram, seperti
ia sedang menantikan seseorang “. Halaman . 39-41
g. Gaya
bahasa asindenton
Adalah
gaya bahasa yanga menyatakan sesuatu dengan perincian tanpa kata sambung, atau
menyatakan beberapa hal berturut-turut kata-kata penghubung.
Contoh : “Dengan
langkah gontai, tubih lunglai dan rambut kusut-masai putro tiba di depan
pintu gang becek dan kumuh. Lalu
digembrangnya pintu itu, digedornya keras-keras seraya membentak garang “.
Halaman .24
h. Gaya
bahasa polisidenton
Gaya
bahasa polisidenton adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal
berturut-turut dengan memakai kata penghubung atau kata sambung yang sama.
Contoh : “Laki-laki
itu memberengut dan berkata kesal ,”Berrr…., bukan main dinginya. Malam
keparat. Ah , lagi-lagi mendung, pasti akan hujan lagi “. Halaman .0 6
i.
Gaya bahasa enumerasi
Adalah
gaya bahasa ini di pakai untuk menyebutkan beberapa peristiwa yang membentuk
kesatuan, dituliskan bagian demi bagain supaya jelas.
Contoh : “Apa
katamu?”tukas Putro. Kerja di luar
negri? Huh, aku tak sudi jadi kuli di negri orang. Aku masih punya harga diri.
Gongsi dong? Hujan emas di negri orang, hujan batu di negri sendiri, masih ku
pilih negri sendiri “. Halaman .27
j.
Gaya bahasa interupsi
Adalah
gaya bahasa penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat sisipan
di antar kalimat pokok, dengan maksud menjelaskan sesuatu dalam kalimat
tersebut.
Contoh :“Baru
jam sebelas lebih sedikit,” sahut
kawannya sambil menguap panjang. Kau sekarang kok rajin benar, No. masih jam
lagi baru aku aplos, dan si jagur belum lagi lewat, kau sudah muncul…… kau
kepingin naik pangkat, apa?”. Halaman .06
k. Gaya
bahas retoris
Gaya
bahasa retoris adalah yang menggunakan kalimat Tanya yang memerluka jawaban.
Contoh :“Bangsat?
Mengapa pintu ini selalu ditutup? Apa maksudnya? Bikin sial “. Halaman .24
l.
Gaya bahasa koreksio
Koreksio
adalah gaya bahasa yang berisi pembentukan apa yang diucapkan yang salah sebelumnya, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Contoh : “Dan
aku pun tidak tahan lagi tinggal tersiksa dalam neraka ini. Daripada aku makan
hati setiap hari dan kelaparan, bukankah masih ada kedua orang tuaku di desa?
Lagi pula, bukan sekali dua kali kau mengusirku “. Halaman .31
m. Gaya
bahasa eksklamasio
Adalah
gaya bahasa yang memakai kata-kata seru untuk menegaskan maksud.
Contoh : “Disesalinya
keadaan, disesalinya diinya. Putro yang dulu tak pernah meninggalkan shalat
lima waktu, sekarang tidak lagi mau bersujud menyembah Allah. Ia jadi mungkar,
terdampar di ranah penuh belukar dosa dan nista. Pikirannya kalut dan kusut.
Perasaannya buncah “. Halaman . 26
n. Gaya
bahasa elipsi
Gaya
bahasa ini menghilangkan satu unsur atau beberapa unsur kal;imat, mungkin
subyek, predikat, atau keterangan jadi gaya bahasa ini mempergunakan bentuk
kalimat elips supaya
penegasan jatuh pada kata-kata yang disebutkan.
Contoh : “Hujan
lebat turun menderu-deru dibarengi angin bertiup kencang. Petir
halilintar menggelegar-gelegar bersambungan “. Halaman . 32
- Gaya bahasa sindiran
Gaya
bahasa sindiran adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyindir orang lain,
dari sindiran haluds sampai pada sindiran kasar sebagai ungkapan persaan tak
senang atau marah.
Gaya bahasa sindiran dibedakan
menjadi tiga macam.
a. Gaya
bahasa ironi
Dalam
ironi dipakai kata-kata yang berlawanan dengan maksud sebenarnya.
Contoh : “Baru
jam sebelas lebih sedikit,” sahut
kawannya sambil menguap panjang. Kau sekarang kok rajin benar, No. masih jam
lagi baru aku aplos, dan si jagur belum lagi lewat, kau sudah muncul…… kau
kepingin naik pangkat, apa?”. Halaman .06
b. Gaya
bahasa sinisme
Hampir mirip dengan ironi, tetapi kata-kata
yang dipergunakan sudah terdengar agak kasar.
Contoh : “Laki-laki
itu memberengut dan berkata kesal ,”Berrr…., bukan main dinginya. Malam
keparat. Ah , lagi-lagi mendung, pasti akan hujan lagi “. Halaman .0 6
c. Gaya
bahasa sarkasme
Merupakan
gaya bahasa sindiran yang paling kasar.
Contoh :“Binatang
?” bentak Putro marah. Aku tidak Tanya semua itu. Aku lapar , lapaaaaaar??? Aku
mau makan sekarang , sekarang juga?”. Halaman .29
- Gaya bahasa pertentangan
Gaya
bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang diungkapkan dengan jalan
mempertentangkan suatu hal atau keadaan.
Ragam gaya bahasa pertentangan.
a. Gaya
bahasa paradok
Paradok adalah gaya bahasa yang terlihat
seolah-olah ada pertentangan.
Contoh :“Disesalinya
keadaan, disesalinya diinya. Putro yang dulu tak pernah meninggalkan shalat
lima waktu, sekarang tidak lagi mau bersujud menyembah Allah. Ia jadi mungkar,
terdampar di ranah penuh belukar dosa dan nista. Pikirannya kalut dan kusut.
Perasaannya buncah “. Halaman . 26
b. Gaya
bahasa kontradiksi in terminis
Adalah
gaya bahasa yang berisi ungkapan yang bertentangan dengan apa yang disebutkan
sebelumnya.
Contoh :“Dan
aku pun tidak tahan lagi tinggal tersiksa dalam neraka ini. Daripada aku makan
hati setiap hari dan kelaparan, bukankah masih ada kedua orang tuaku di desa?
Lagi pula, bukan sekali dua kali kau mengusirku “. Halaman .31
c. Gaya
bahasa antithesis
Antithesis
adalah gaya bahasa
pertentangan yang mempergunakan paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh :“Langit
gelap, hitam pekat bagaikan tertumpah ke atas taplak meja. Angin malam berhembus kencang bersiul-siul di
sela-sela pohon waru”. Halaman .05
KUTIPAN CERPEN LAPAR KARYA
MUHAMMAD ALI
v
Kutipan
satu
“Langit gelap, hitam pekat
bagaikan tertumpah ke atas taplak meja. Angin
malam berhembus kencang bersiul-siul di sela-sela pohon waru”. Halaman
.05
Kritikan
“Muhammad
Ali terlalu berlebihan dalm mengungkapkan kesediha yang dia alami putro karna
putro mendapat sebuah musibah yaitu ia di PHK karna PT KA tidak bisa menggaji
lagi kepada karyawanya.
Kritikan
v
Kutipan
dua
“Laki-laki itu memberengut dan
berkata kesal ,”Berrr…., bukan main dinginya. Malam keparat. Ah , lagi-lagi
mendung, pasti akan hujan lagi “. Halaman .0 6
Kritikan
Tak sepantasnya kita mengatakan
kata-kata yaitu” keparat” karna
menuruti hawa nafsu kita yang tidak bisa terkontrol karna sebuah kekesal yang di alami putro.
v
Kutipan
tiga
“Baru jam sebelas lebih sedikit,” sahut
kawannya sambil menguap panjang. Kau sekarang kok rajin benar, No. masih jam
lagi baru aku aplos, dan si jagur belum lagi lewat, kau sudah muncul…… kau
kepingin naik pangkat, apa?”. Halaman .06
Kritikan
Sindiran tersebut emang pantas di
katakana karna untuk mengharhai sebuah waktu agar tidak di sia-siakan untk hal
yang tidak bermanfaat karna dalam dunia kerja waktu adalah sebuah kedisiplinan
untuk meraih sebuah kesuksesan kalua kiti menganbaikanya maka kita sendiri akan
terjerumus dalam ketidak suksesan yaitu sebuah kegagalan.
v
Kutipan
empat
“Hening sejurus. Lalu jawab tono
sungguh-sungguh dan wajahnya memancarkan ketegangan, katanya “. Halaman .08
Kritikan
Tak sepantasnya tono ketakutan
karena ketakutan itu adalah dari dalam diri kita sendiri dan hantu itu tidak
akan datang apabila kita sendiri yang mengganggunya.
v
Kutipan
lima
“Mamat menjulurkan kepalanya
keluar jendela. Betul, gelombang kebisingan melanda jalan raya di sekitar
palang kereta api. Tampak antrian mobil dan motior deretannya semakin memanjang
“. Halaman. 11
Kritikan
Seharusnya mamat sebagai penjaga
palang kerta api bisa mengatasi kendaraan yang berhenti karna ada kereta api
yasng mau lewat malah di pandang saja sehingga parah pengendara bnyak yang yang
ugal-ugalan untuk selalu mendahului.
v
Kutipan enam
“Mamat menelan ludah. Buah
tenggorokannya turun-naik, lalu katanya pula “. Halaman 11
Kritikan
Mamat tak sepantasnya takut
karena ketakutan itu membawa kita ke jalan yang tidak benar karan segala
sesuatu itu yang merencanakan adalah tuhan yang mah esa.
v
Kutipan
tujuh
“Guntur bergegar lagi, dahsyat
menderu-deru. Petir berdenyar, kilat menyambar-nyambar. Disusul hujan lebat
deras tercurah di langit. Suasana jadi begitu menyeramkan . lampu di gardu juga
berkelap-kelip, sebentar nyala sebentar padam “. Halaman .15
Kritikan
Kutipan tersebut menandakan sebuah suasana yang hening dan
rasa ketakutan yang mendalam pada mamat dan putro terhadap kejadiaan yang di
alami temannya yaiti putro.
v
Kutipan
delapan
“Pagi tiba. Langit
berangsur-angsur terang kebiru-biruan. Matahari mulai menampakkan wajahnya yang
memancarkan cahaya. Suasana berubah jadi melegakan. Kesuraman dan keseraman
yang mecekam semalam, kini buyar disapu oleh cahaya sang surya “. Halaman . 19
Kritikan
Sebenarnya segala sesuatu yang
terjadi itu adalah semua kehendah sang ilahi robbi manusia hanya meminta agar
di beri ke selamatan serta kemudahan dalam menjalani sebuah ke hidupan yang
abadi.
v
Kutipan
Sembilan
“Jadi maksudmu kita ini
mayat-mayat yang berjalan, mayat-mayat yang gentayangan?” ujar tono tak
mengerti “. Halaman .23
Kritikan
Kita sebagai bawahan harus
mentaati apa yang di perintah oleh atasan kita tidak boleh sampai melanggarnya
dan sebalinya atasan jangan semena-mena
pada bawahan karna menjadi contoh bagi bawahanya, maka denga demikian harus
berjalan bersama dan mencapai satu tujuan bersama yaitu kesuksesan dalam
menjadi dan keselamatan kerja.
v Kutipan sepuluh
“Dengan langkah gontai, tubih
lunglai dan rambut kusut-masai putro tiba di depan pintu gang becek dan kumuh. Lalu digembrangnya
pintu itu, digedornya keras-keras seraya membentak garang “. Halaman .24
Kritikan
Meskipun kita landai musibah
yaitu ke hillangan sebuah pekerjaan kita harus tetap tabah bukan malah menjadi
orang yang hilang ingatan dan menjadi sesat serta kemurkaan yang tak jelas dan
orang lain menjadi kambing hitamnya.
v
Kutipan
sebelas
“Bangsat? Mengapa pintu ini
selalu ditutup? Apa maksudnya? Bikin sial “. Halaman .24
Kritikan
Kata bangsat itu tak pantas di
katakan karna kata tersebut sangat kasar, meskipun kita di beri cobaan
seharusnya kita bisa mengkoreksi diri kita sendiri apa yang membuat atsan kita
mempperhentikan kita dalm bekerja.
v
Kutipan
dua belas
“Disesalinya keadaan, disesalinya
diinya. Putro yang dulu tak pernah meninggalkan shalat lima waktu, sekarang
tidak lagi mau bersujud menyembah Allah. Ia jadi mungkar, terdampar di ranah
penuh belukar dosa dan nista. Pikirannya kalut dan kusut. Perasaannya buncah “.
Halaman . 26
Kritikan
Tak sepantasanya putro
meninggalkan sholat yang menjadi kewajiban kita sebagai umat islam karna
kehilanga pekerjaan, seharusnya ia lebih mendekati tuhan yang maha kusasa biar
di beri kemudahan dalam melakukan sesuatu dalam hal bekerja. Dan Allah sendiri
sudah punya rencana lain terhadap putro jadi putro harus sabar dan tabah.
v
Kutipan
tiga belas
“Apa katamu?”tukas Putro. Kerja di luar negri? Huh, aku tak sudi jadi
kuli di negri orang. Aku masih punya harga diri. Gongsi dong? Hujan emas di
negri orang, hujan batu di negri sendiri, masih ku pilih negri sendiri “.
Halaman .27
Kritikan
Seharususnya putro mengerti apa
yang di katakan istriya karna istrinya juga butuh uang untuk membeli susu
anaknya dan keperluan sehari-hari. Bukan malah marah-marah tidak jelas.
v
Kutipan
empat belas
“Binatang ?” bentak Putro marah.
Aku tidak Tanya semua itu. Aku lapar , lapaaaaaar??? Aku mau makan sekarang ,
sekarang juga?”. Halaman .29
Kritikan
Putro sebaiknya bisa menerima
keadaan yang ia alami sekarang terhadap ke luarganya. Dan ia sendiri harus
berfikir dalam berkata sehingga tidak menyinggung perasaan istrinya dengan
kata-kata binatang.
v
Kutipan
lima belas
“Dan aku pun tidak tahan lagi
tinggal tersiksa dalam neraka ini. Daripada aku makan hati setiap hari dan
kelaparan, bukankah masih ada kedua orang tuaku di desa? Lagi pula, bukan
sekali dua kali kau mengusirku “. Halaman .31
Kritikan
Dan tini sebagai seorang istri
harus bisa memotivasi suaminya biyar ke luarganya utuh walaupun badai
menghadang. Bukan malah ikut emosi juga terhadap suaminya yang kerjaannya marah
dan marah setiap hari.
v
Kutipan
enam belas
“Putro merasa ada sesuatu yang
tercabut dari jiwanya. Ada sesuatu yang hilang dan meninggalkan luka yang pedih
menyayat hati “. Halaman . 31
Kritikan
Segala sesuatu yang terjadi
akibat dari tindakan kita sendiri karna tidak berfikir dingin dan tidak
menghiraukan apa yang akan terjadi, kalau sudah begini siapa yang mau di
persalahkan karna kedua-duanya menuruti hawa nadsunya yang besar yang timbul
karna ke egoisan.
v
Kutipan
tujuh belas
“Hujan lebat turun menderu-deru
dibarengi angin
bertiup kencang. Petir halilintar menggelegar-gelegar bersambungan “. Halaman .
32
Kritikan
Kutipan tersebat menggambarkan
keluarga tini dan putro tidak bisa di selamatkan lagi karna mereka memutuskan
tanpa melihat akibatnya yang begitu besar dan berdampak pada anaknya.
v
Kutipan
delapan belas
“Mereka tidak mampu, mereka
melarat. Hidup mereka sengsara. Mereka sendiri kelaparan. Makan eceng
gondok……”. Halaman . 35
Kritikan
Kita tidak boleh menghina siapa
pun meskipun dulunya berkecukupan sekarang menjadi kemelaratan karna itu semua
peringatan bagi kita semua agar merka bisa berfikir dan berbagi terhadap
saudara kita yang mengalami kekuranga.
v
Kutipan
Sembilan belas
“Nanti aku bikin sepotong surat
perjanjian hita di atas putih. Dan aku harus pasang cap jempol di atasnya. Surat
itu maksudnya “. “Sejak tadi Putro berdiri di jalan yang lengang, di bawah
tiang listrik berlampu muram, seperti ia sedang menantikan seseorang
“. Halaman . 39-41
Kritikan
Seharusnya mereka bisa
mempertahankan pernikahannya sampi akhir menutup mata. Bukan malh menuruti
nafsu kita yang begitu besar.
v
Kutipan
dua puluh
“Lho inikan Mas Putro? Ada apa
mas, Ah, terlalu. Sungguh-sungguh mengejutkan. Nyaris putus napasku,
benar-benar aku pangling “. Halaman . 42
Kritikan
Putro seharusnya tabah dan tegar
dalam menghadapi musibah tersebut. Bukan menjadi seorang yang jahat terhadap
teman-tamannya.
v
Kutipan
dua puluh satu
“Malam ini kok sepi amat, ya
Tin?” kata seseorang perempuan dengan suara genit, yang duduk di belakang meja
panjang sebuah warung di komplek lokasi tunasila yaitu sarang pelacur yang ada
di pinggiran kota, tidak separti kemarin-kemarin “. Halaman .48
Kritikan
Bukan salah tini menjadi seorang
pelacur karna ia sekarang di butahkan oleh mata hatinya sendiri karna demi uang
ia rela mennjual harga dirinya untuk bertahan hidup di era modrn seperti ini.
v
Kutipan
dua puluh dua
“Masih ada rokokmu, As?” Rokok”
Astaga “ sahut perempuan genit itu, “sejak kemarin , aku Cuma ngisap sebatang.
Ia pun diberi juragan, eh bukan, kuminta dari orang lalu. Cuma sebatang. Bukan
sudah kukatakan beberaoa hari belakangan ini memng hari-hari sial bagiku.
Sampai-sampai membeli rokok eceran pun tak mampu “. Halaman . 50
Kritikan
Dan teman tini seharusnya bisa
menasehati meskipun ia sendiri hidup serba kekurangan, bukan untuk mengajak ke
jalan yang tidak benar serba memperbanyak masalah karan di perbudak oleh uang.
v
Kutipan
dua puluh tiga
“Aku lebih suka di tambak mati.
Ya , lebih baik mati daripada terpaksa mendekam di dalam bui. Dan aku memang
kepingin lekas mati “. Halaman . 57
Kritikan
Kematian itu sudah ada yang
ngatur jadi kita sebagai manusia harus bisa menerima kenyataan apa yang
sekarang di jalaninya, bukan malah ingin mati karna sebuah kekecewaan yang di
landanya yang mengakibatkan kesengsaraan.
v
Kutipan
dua puluh empat
“Ocehanmu tadi mesalkan napasku,”
sahut tini jengkel “. Halaman .61
Kritikan
Tini sebaiknya bisa merendam
emosinya terhadap putro agar permasalah tidak menjadi kacau balua yang
berkepanjangan.
v
Kutipan
dua puluh lima
“Bahkan diriku pun, kehormatanku,
kuobral kepada siapa saja yang mau membayar, dan harganya tidak semahal pula “.
Halaman .63
Kritikan
Tini seharusnya bisa menjaga
harga dirinya dari para lelaki berhidung belang bukan malah menawarkanya karna
sebuah nafsu belaka.
v
Kutipan
dua puluh enam
“mas putro,’ ujar tini pilu,
Rupanya engkau belum paham juga. Lihatlah keadaanku sekarang. Kotor berlumur
najis. Sampah masyarakat “. Halaman .63-64
Kritikan
Putro seharusnya bisa memberi
motivasi meskipun ia sekarang terjerumus ke jalan yang tidak benar yaitu jalan menuju
kesengsaraan ia sendiri.
v
Kutipan
dua puluh tujuh
“Suara putro dan tini menggema,
mengaung bergantung sawang lengang, seih menyayat hati dan sungguh menyeramkan,
mengwawang, melayang-layang dalam tayangan angi malam yang dingin dan lembab “.
Halaman .68
Kritikan
Bunuh diri bukan jalan akhir
segalanya tapi masih di pertanggungjawabkan di akhirat kelak.
v
Kutipan
dua puluh delapan
“Tanda kereta api cepat jurusan
Jakarta Surabaya telah lewat. Di kejauhan masih terdengar peluit kereta api
menjerit-jerit. Raung dan deru kereta api makin menjauh, menjauh….”. Halaman
.70
Kritikan
Keheningan kini masih menghantui
stasiun kereta api tempat putro bekerja. Sebenarnya tindakan putro tersebut
sangat merugikan ia sendiri dan ke luarganya.
v
Kutipan
dua puluh sembilan
“Di kejauhan terdengar adzan
shubuh syahdu menggema, berkumandang memenuhu angkasa raya. Menyuruh umat agar
bersujud menyembah Tuhannya, Allah Yang Maha Esa “. Halaman . 70
Kritikan
Emang benar sholat itu menjadi
hati kita tentram dan damai serta setan tidak bisa menganggu kita apalagi hawa
nafsu kita sendiri yang berbahaya.
v
Kutipan
tiga puluh
“Inilah akibat yang ditimbulkan
oleh tindakan PHK yang menimpa pekerja kita. Gampang saja para atasan dan para
majikan men-PHK-kan para karyawannya. Sama sekali tidak mereka pikirkan apa
kibat yang ditimbulkan terhaap mereka yang tertimpa naas itu. Rumah tanggahnya
hancur. Keluargannya berantakan. Hidupnya ngenas t erluntah-luntah…”. Halaman .
70-71
Kritikan
Rusaknya rumah tangga akibat kita
sendiri yang tidak bisa menjaganya apabila salah satu dari kita ada yang
mengalah insyak Alla rumah tangga kita baik-baik saja tidak sampai berantakan.
.
Daftar
Pustaka
Andre hardjana. 1991.
Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.
Atar Semi. 1993. Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa raya
Burhan Nurgiyantoro. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta.: Gajah Mada University Press.
Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi sastra. Yogyakarta: UGM Press.
Griffith, Jr. Kelley. 1990 Writing Essays about Literature: A Guide and Style Sheet. New York: Harcout, Brave Javonovich.
Hasim amir. 1990. Pendidikan Sastra Lanjut. Malang: Penyelenggara Pendidikan Pascasarjana, Proyek peningkatan perguruan tinggi.
Atar Semi. 1993. Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa raya
Burhan Nurgiyantoro. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta.: Gajah Mada University Press.
Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi sastra. Yogyakarta: UGM Press.
Griffith, Jr. Kelley. 1990 Writing Essays about Literature: A Guide and Style Sheet. New York: Harcout, Brave Javonovich.
Hasim amir. 1990. Pendidikan Sastra Lanjut. Malang: Penyelenggara Pendidikan Pascasarjana, Proyek peningkatan perguruan tinggi.
Dosen
Pembimbing
Drs. Arif Susanto, S.S
KRITIK SASTRA
NAMA : FATKHUR RIF’AN
NPM :
09188201180
KEL
: 2009-D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar