Kamis, 12 Juli 2012

MENGKRITIK NOVEL MENGGENGGAM IMPIAN KARYA ENDIK KOESWONO DEMGAN PENDEKEKATAN STUKTURAL TENTANG GAYA BAHASA


Sinopsis
hanya ada dua pilihan hidup bagi Han, sukses dan sukses. Kesulitan ekonomi yang mendera  keluarganya tidak membuatnya patah harapan untuk menjadi seorang sarjana. Maka , segala pekerjaan kasar pun ia lakukan demi impiannya.
Namun , ketila panah datang menyerang, Han tak mampu menghindar. Menikah muda menjadi pilihannya. Satu pilihan yang menjadi boomerang bagi dirinya. Kuliahnya terlantar dan kehidupan pernikahannya kandas pada tahun kedua.
Orang sukses punya banyak cara dan orang gagal selalu banyak alas an? Dan tak mampu menjadi orang yang kalah. Ia harus membuktikan bahwa ia bisa menjadi orang sukses. Tak ada cara lain. Han harus terus berjuang memperjuangkan cinta, hidup , dan istrinya walau dalam kesendirian , walau sendiri itu dingin.
Pendekatan struktural adalah suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya.
Struktural merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktural itu.
Dalam penelitian karya sastra, analisis atau pendekatan obyektif terhadap unsur-unsur intrinsik atau struktur karya sastra merupakan tahap awal untuk meneliti karya sastra sebelum memasuki penelitian lebih lanjut (Damono, 1984:2).
Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra(Satoto, 1993: 32) Pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh(Teeuw, 1984: 135). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaiatan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.
Mengenai struktur, Wellek dan Warren (1992: 56) memberi batasan bahwa struktur pengertiannya dimasukkan kedalam isi dan bentuk, sejauh keduanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan estetik. Jadi struktur karya sastra (fiksi) itu terdiri dari bentuk dan isi. Bentuk adalah cara pengarang menulis, sedangkan isi adalah gagasan yang diekspresiakan pengarang dalam tulisannya (Zeltom, 1984: 99). Menurut Jan Van Luxemburg (1986: 38) struktur yang dimaksudkan, mengandung pengertian relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara keseluruhannya.
Struktur karya sastra (fiksi) terdiri atas unsur unsur alur, penokohan, tema, latar dan amanat sebagai unsur yang paling menunjang dan paling dominan dalam membangun karya sastra (fiksi) (Sumardjo, 1991:54).
Dalam penelitian karya sastra, analisis atau pendekatan obyektif terhadap unsur-unsur intrinsik atau struktur karya sastra merupakan tahap awal untuk meneliti karya sastra sebelum memasuki penelitian lebih lanjut (Damono, 1984:2).
Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra(Satoto, 1993: 32) Pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh(Teeuw, 1984: 135). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaiatan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna
.
1. Alur (plot)
Dalam sebuah karya sastra (fiksi) berbagai peristiwa disajikan dalam urutan tertentu (Sudjiman, 1992: 19). Peristiwa yang diurutkan dalam menbangun cerita itu disebut dengan alur (plot). Plot merupakan unsur fiksi yang paling penting karena kejelasan plot merupakan kejelasan tentang keterkaitan antara peristiwa yang dikisahkan secara linier dan kronologis akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan.
Atar Semi(1993: 43) mengatakan bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dlam keseluruhan karya fiksi. Lebih lanjut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2000: 113) mengemukakan bahwa alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain. Dalam merumuskan jalan cerita, pembaca dapat membuat atau menafsirkan alur cerita melalui rangkaiannya. Luxemburg memberikan kebebasan penuh dalam menafsirkan atau membangun pemahaman dari jalannya cerita. Alur bisa dilihat sebagai konstruksi yang dibuat oleh pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa atau kejadian yang saling berkaitan secara logis dan kronologis, serta aderetan peristiwa itu diakibatkan dan dialami oleh para tokoh (1986: 112).

Karena alur berusaha menguraikan jalannya cerita mulai awal sampai akhir cerita, maka secara linier bentuk alur atau struktur cerita seperti dikemukakan Nurgiyantoro yaitu dari tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap penyuntingan, tahap ini pengarang memperkenalkan tokoh-cerita melukiskan situasi latar, sebagai tahap pembukaan cerita, pembagian informasi awal dan teruptama untuk melandasi cerita yang akan dilkisahkan pada tahap berikutnya.
b. Tahap pemunculan konflik yang berkembang atau merupakan awal munculnya konflik yang berkembang atau dikembangkan menjadi komflik pada peningkatan konflik, pada tahap ini konflik berkembang atau dikembangkan tahap berikutnya.
c. Tahap kadar intensitasnya. Konflik-konflik yang terjadi baik itu internal, eksternal ataupun kedua-duanya.
d. Tahap klimaks, pada tahap ini pertentangan yang terjadi dialami atau ditampilkan pada tokoh mencapai titik intensitas puncak klimaks cerita akan dialami tokoh utama sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik, pada tahap ini merupakan tahap penentuan nasip tokoh.
e. Tahap penyelesaian, pada tahap ini keteganangan dikendorkan diberi penyelesaian dan jalan keluar untuk kemudian diakhiri (2000: 150).
Masih mengenai alur (plot), secara estern Mursal (1990: 26) merumuskan bahwa alur bisa bermacam-macam, seperti berikut ini:
a. Alur maju (konvensional Progresif ) adalah teknik pengaluran dimana jalan peristriwanta dimulai dari melukiskan keadaan hingga penyelesaian.
b. Alur mundur (Flash back, sorot balik, regresif), adalah teknik pengaluran dan menetapkan peristiwa dimulai dari penyelesaian kemudian ke titik puncak sampai melukiskan keeadaan.
c. Alur tarik balik (back tracking), yaitu teknik pengaluran di mana jalan cerita peristiwanya tetap maju, hanya pada tahap-tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang (1990: 26)
Melalui pengaluran tersebut diharapkan pembaca dapat mengetahui urutan-urutan atau kronologis suatu kejadian dalam cerita, sehingga bisa dimengerti maksud cerita secara tepat.

2. Tokoh
Dalam pembicaraan sebuah fiksi ada istilah tokoh, penokohan, dan perwatakan. Kehadiran tokoh dalam cerita fiksi merupakan unsur yang sangat penting bahkan menentukan. Hal ini karena tidak mungkin ada cerita tanpa kehadiran tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya gerak tokoh yang akhirnya menbentuk alur cerita. Rangkaian alur cerita merupakan hubungan yang logis yang terkait oleh waktu.
Pendefinisian istilah tokoh, penokohan dan perwatakan banyak diberikan oleh para ahli, berikut ini beberapa definisi tersebut:
Tokoh menunjiuk pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2000: 165). Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkana tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh tokoh tersebut, ini berarti ada dua hal penting, yang pertama berhubungan dengan teknik penyampaian sedangkan yang kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian tokot-tokoh tersebut (Suroto, 1989: 92-93).
Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas peribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2000: 165).
Penokohan atau karakter atau disebut juga perwatakan merupakan cara penggambaran tentang tokoh melalui perilaku dan pencitraan. Panuti Sudjiman mencerikan definisi penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (1992: 23). Hal senada diungkapkan oleh Hasim dalam (Fanani, 1997: 5) bahwa penokohan adalah cara pengarang untuk menampilkan watak para tokoh di dalam sebuah cerita karena tanpa adanya tokoh, sebuah cerita tidak akan terbentuk.
Untuk mengenal watak tokoh dan penciptaan citra tokoh terdapat beberapa cara , yaitu:
a. Melalui apa yang diperbuat oleh tokoh dan tindakan-tindakannya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
b. Melalui ucapan-ucapan yang dilontarkan yokoh.
c. Melalui penggambaran fisik tokoh. Penggambaran bentuk tubuh, wajah dan cara berpakaian, dari sini dapat ditarik sebuah pendiskripsian penulis tentang tokoh cerita.
d. Melalui jalan pikirannya, terutama untuk mengetahui alasan-alasan tindakannya.
e. Melalui penerangan langsung dari penulis tentyang watak tokoh ceritanya. Hal itu tentu berbeda dengan cara tidak langsung yang mengungkap watak tokoh lewat perbuatan, ucapan, atau menurut jalan pikirannya (Sumardja, 1997: 65-66).
Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh, tokoh cerita dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama (central character, main character)dan tokoh tambahan (pheripheral character) (Nurgiyantoro, 2000: 176-178).
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Tokoh ini tergolong penting. Karena ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Karena tokoh utama paling banyak ditampilkan ada selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan.
Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itu bersifat gradasi, keutamaannya bertingkat maka perbedaan antara tokoh utama dan tambahan tidak dapat dilakukan secara pasti.
Karena tokoh berkepribaduian dan berwatak, maka dia memiliki sifat-sifat karakteristik yang dapat dirumuskan dalam tiga dimensi, yaitu ;
a. Dimensi fisiologis, adalag ciri-ciri badan, misalnya usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaaan tubuh, ciri-ciri muka, dan lain sebagainya.
b. Dimensi sosiologis, adalah ciri kehidupan masyarakat, misalnya status sosial, pekerjaan, peranan dalan masyarakat, tingkat pendidikan, dan sebagainya.
c. Dimensi psikologis, adalah latar belakang kejiwaan, misalnya mentalitas, tingkat kecerdasan dan keahliannkhusus dalam bidang tertentu (satoto, 1993: 44-45).
3. Latar (setting)
Kehadiran latar dalam sebuah cerita fiksi sangat penting. Karya fiksi sebagai sebuah dunia dalam kemungkinan adalah dunia yang dilengkapi dengan tokoh penghuni dan segala permasalahannya. Kehadiran tokoh ini mutlak memerlukan ruang dan waktu.
Lartar atau setting adalah sesuiatu yang menggambarkan situasi atau keadaan dalam penceriteraan. Panuti Sudjiman mengatakan bahawa latar adalah segala keterangan, petunjut, pengacuan yang berkaiatan dengan waktu, ruang dan suasana (1992:46). Sumardjo dan Saini K.M. (1997: 76) mendefinisikan latar bukan bukan hanya menunjuk tempat, atau waktu tertentu, tetapi juga hal-hal yang hakiki dari suatu wilayah, sampai pada pemikiran rakyatnya, kegiatannya dan lain sebagianya.
Latar atau setting tidak hanya menyaran pada tempat, hubungan waktu maupun juga menyaran pada lingkungan sosial yang berwujud tatacara, adat istiadat dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan.
a. Latar tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar tempat berupa tempat-tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata ataupun tempat-tempat tertentu yang tidak disebut dengan jelas tetapi pembaca harus memperkirakan sendiri. Latar tempat tanpa nama biasanya hanya berupa penyebutan jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu misalnya desa, sungai, jalan dan sebagainya. Dalam karya fiksi latar tempat bisa meliputi berbagai lokasi.
b. Latar waktu
Latar waktu menyaran pada kapan terjadinyaperistiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap sejarah itu sangat diperlukan agar pembaca dapat masuk dalam suasana cerita.
c. Latar sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalan karya fiksi. Perilaku itu dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, pandangan hidup, pola pikir dan bersikap. Penandaan latar sosial dapat dilihat dari penggunaan bahasa daerah dan penamaan terhadap diri tokoh.

4. Tema dan amanat
Secara etimologis kata tema berasal dari istilah meaning, yang berhubungan arti, yaitu sesuatu yang lugas, khusus, dan objektif. Sedangkan amanat berasal dari kata significance, yang berurusan dengan makna, yaitu sesuatu yang kias, umun dan subjektif, sehingga harus dilakukan penafsiran. Melalui penafsiran itulah yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat (Juhl dalam Teeuw, 1984: 27). Baik pengertian tentang “arti” maupun “makna” keduanya memiliki fungsi yang sama sebagai penyampai gagasan atau ide kepengarangan.
Lebih jauh Sudjiman memberikan pengertian bahwa tema merupakan gagasan, ide atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra (1992:52). Mengenai adanya amanat dalam karya sastra bisa dilihat dari beberapa hal, seperti berikut ini:
“dari sebuah karya sastra adakalanya dapat diangkat suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang, itulah yang disebut amanat. Jika permasalahan yang diajukan juga diberi jalan keluarnya oleh pengarang, makan jalan keluarnya itulah yang disebut amanat. Amanat yang terdapat pada sebuah karya sastra, bisa secara inplisit ataupun secara eksplisit. Implisit jika jalan keluar atau ajaran moral diisyaratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Eksplisit jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasehat, dan sebagainya. (Sudjiman, 1992: 57-58).

NOVEL MENGGENGGAM IMPIAN KARYA ENDIK KOESWONO
Ø  Kutipan satu
“Lampu-lampu hias menderet tersusun sempurna. Alunan langgan Jawa terdengar begitu merdu menyejukkan hati serta menambah kesan tradisional yang abadi”.halaman.10
Kritikan
Bahwasanaya pengarang menggarambarkan sebuah suasana yang sangat membahagialan tentang ceritanya yaiti menggapai impian. Biyar para penikmat novel yang membacanya ikut terpengaruh dalam lamunan yang dia angkatnya yaitu motivasi yang terkandung di dalamnya untuk menambah semangat dalam  kehidupan serta  percintaan .
Ø  Kutipan dua
“Alunan gamelan dari pengeras suara itu tiba-tiba meredup, sayup-sayup lalu menghilang”. Halaman.13
Kritikan
Di sini pengarang juga menceritakan bahwasanya di sisi kbagahagiaan juga ada unsur  yang menyedikan  yaitu tentang pernikahan yang kandas di tahun ke dua karana istrinya bentrok sama ibunya Han.
Ø  Kutipan tiga
“Semilir angin tak akan bersahabat. Pelan namun pasti, menembus permukaan kulit, menusuk hingga tulang sum-sum yang terdalam. Dingin membeku, angin semilir itu seakan membawa butir-butir air dingin”. Halaman.16
Kritikan
Kutipan tresebut terlalu dramatis seakan kehidupan selalu penuh denga kesusahan dan penderitaan yang bertubi-tubi . sesungguhan kehidupan itu mengajarkan kita untuk saling berbagi dan member terhadap sesame dan menolongnya tanpa pamrih dan suka relawan tanpa membalas imbalan sepeserpun.
Ø  Kutipan empat
“Benaknya melayang pelan menembus langit-langit  berdebu di ruangan empat kali tiga kamar ini. Halaman”. 17
Kritikan
Seharusnya di syukurin apa yang ia punyai sekarang tanpa mengeluh dan mengeluh daraipada yang di jalanan  hidupnya terluntah-luntah tidak punya tempat tinggal untuk  berteduh dari panas dan dingin yang menghadangnya setiap hari.
Ø  Kutipan lima
“Pada siapa manusia bertanya ketika gelisah menelimuti hati  yang gelisah ini? Pada siapa manusia meminta selimuti ketika mala ini begitu dingin” . Halaman. 23
Kritikan
Manusia dalam keadaan gelisah ataupun sedih memintaklah kepda sang maha pencipta yang member kita kenikmatan serta rizki tiada hentinya. Dan yang mendatangkan dingin juga Allah maka jangan berhentinya selalu memintak pertolongannya kepadanya agar di beri kemudahan.
“Sepi, hening, dan tak ada sedikit pun suara. Langit malam yang tak lagi suci, begitu banyak juga manusia yang merenggut kesuciaanya dan memperkosa langit dengan beribu ulah serakah”. Halaman .25
Kritikan
Keserakan membuat orang menjadi tamak apalagi sampai merenggut kesucian seseorang yang tidak berdoasa dia seperti binatang yang mencari  mangsanya. Dan jangan turuti hawa nafsu karna bisa menyesatkan kita sendiri dan orang lain menjadi kambing hitamnya.
Ø  Kutipan enam
“Sedetik kemudian, mereka telah berada di atas motor itu. Terpaan angin malam membuat bulu kuduk berdiri. Seperti beribu jarum yang menghujan pori-pori, menembus hingga kulit terdalam”. Halaman .29
Kritikan
Tak  selamanya keheningan itu melanda dalam kehidupan karn keheningan itu trgantung pada indarividu masing-masing yang menjalaninya.
Ø  Kutipan tujuh
“Terminal kecil pinggiran kota ini lengang, hanya beberapa mobil angkutan teronggok kaku tak berpenghuni. Di ujung timur yang cukup jauh, sebuah warung masih tampak buka dan beberapa orang tua duduk-duduk di sana untuk sekedar menikmati secangkir kopi dan membicarakan masa mudanya”. Halaman . 35
Kritikan
Memang benar  kita harus menata masa muda kita untuk menata masa yang akan mendatang agar kelak nanti kita bisa menjadi orang yang sukses bagi nusa da bangsa terutama bagi keluarga kita sendiri serta orang-orang yang terdekat terhadap  kita.
Ø  Kutipan delapan         
“Angin pagi sisa malam masih gemar menusuk- nusuk kulit dari sela-sela jendela kamar yang tiba-tiba terbuka”. Halaman .41
Kritikan
Angin malam yang dimaksud  yaitu suasana yang begitu menharukan yang di jalani Han dalam kehidupannya karna ia harus memimilih antara nikah muda denga cita-citanya menjadi sarjana.
Ø  Kutipan sembilan
“Secepat kilat, Han ngacir masuk ke kamar sambil tertawa ngakak. Ganti baju, shalat shubuh, minum coklat panas duduk  di sofa dan menikmati rokok”. Halaman .45
Kritikan
Memang sholat mengobati  mengobati  rasa stres  dan menyejukkan hati, jadi jangan lupakan sholat sesibuk apapun kita beraktivitas agar usaha kita bisa lancer dan di permudahkan semua jalanya dan di jauhkan dari kemungkaran.
Ø  Kutipan sepuluh
“Rio hanya cengar-cengir sambil menyodok lengan Han denga sikunya. Han mendiamkanya dengan  imajinasi liarnya”. Halaman . 49
Kritikan
Pakailah imajinasi agar mempunyai warna dalam menjalani hidup ini dan mempunyai warna yang lebih berarti. Karna imajinasi mempunyai warna tersendiri dalam menjalani sebuah kehidupan  dan pergaulan di kalngan para remaja sekarang, tapi berimajinasilah dengan baik tanpa menimbulkan ke negatifan terhadap orang lain.
Ø  Kutipan sebelas
“Iya, kami ke sini untuk periksa kesehatan. Apakah di usia kami ini sudah bisa dan layak untuk memiliki anak?, kata Han seenaknya, malau-mali tahi ayam”. Halaman .51
Kritikan
Keshatan itu memang penting tanpa ternilai harganya apaalgi kalau sudah menikah agar  bisa mempunyai anak dalam menggali istrinya, dan anaknya bisa menjadi anak yang sholeh dan sholikhah yang berbakti kepada kedua orang tua.
Ø  Kutipan dua belas
“Huh …..hebat? s udah menikah, tapi belum melakuka hubungan intim. Padahal, banyak yang datang ke sini sudah melakukan hubungan intim dulu sebelum menikah,” katanya di sela-sela tawa sepanjang pengantin baru itu”. Halaman. 55
Kritikan
Jangan lakukan hubungan intim tanpa ikatan sebuah perkawinan  karna Allah akan melaknatnya, kecuali engkau sudah melakukan  ikatan perkawinan gaulilah istrimu dengan senang hati menurut syariat islam agar kelak anakmu nanti jadi anak yang berbakti bagi kedua orang tuanya dan nusa serta bangsa.
Ø  Kutipan tiga belas

“Stttt ……, lagi ada pemeriksaan. Tunggu satu jam lagi, aku baru off,” Dokter pipit tersenyum pedas pada Han”. Halaman .59

Kritukan
Jagalah kesopanan kalau kita ada di tempat umum yaitu rumah sakit agar orang yang sakit tidak terganggu, dan bukan di rumah sakit saja tapi di tempat yang lain agar tidak terganggu aktivitasnya.

Ø  Kutipan empat belas

“Pak man tersenyum ketika sederet angka-angka tergores tegas di kertas itu. Satu demi satu. Lalau dijumlah memang ada dua”. Halaman . 65

Kritikan

Ketertiban memang penting di manapun kita berada agar tercipta keamanan, kenyaman, keindahan, serta tidak terjadi tawuran.

Ø  Kutipan lima belas

“Suasana menjadi hening. Hanya gemircik pancuran kecil yang menghiasi ruangan itu. Han ingin cepat pulang, lalu memberiah, kan sebuah kecupan hangat untuk indah, istri tercintanya”. Halaman .67


Kritikan

Memang penting sekali untuk menyangi  isrti agar dalam rumah tangga tercipta sebuah  keharmonisan  dan kerukunan , karna istri nyawa kita yang  ke dua seta teman kita untuk bercerita, berbagi, bahagia, sedih, serta berduka kita rasa kan berdua meskipun tersa pahit kalu kita jalani berdua maka akan menjadi terasa manis.

Ø  Kutipan enam belas

“Han sepertinya mengelah napas panjang. Sepanjang banyangan yang entah di mana ujungnya nanti. Han hanya mampu menarik napas dalam, sedalam lautan biru entah seberapa jauh dalamnya”. Halaman .69

Kritikan

Sebernarnya segala sesuatu itu tergantung kepada kita sendri klu kita merasa sedih maka kita akan terhanyut dalam rasa kesdihan tersebut, dan  apabila kita merasa bahaguia maka kita akan merasakan kebagian tersebut, jadi jalani hidupi dengan santai sperti mengalirnya air maka hidup itu akan terasa indah meskipun musibah menghadangnya.

Ø  Kutipan tujuh belas

“Malam semakin menguasai segala penjuru dengan beberapa pesona. Pohon cemara di lereng bukit sebelah selatan menunjukkan betapa agung Tuhan sang pencipta “. Halaman . 73

Kritikan

Tuhan sang maha pencipta akan mengkabulkan permintaan umatnya apabila umatnya tersebut mau menjalani perintahnya dan menjauhi larangan.

Ø  Kutipan delapan  belas

“Malam tetap juga malam selalu bersahabat danga beribu bintang dan sebuah rembulan. Terkadang datang juga awan hitam yang membuat malam indah menjadi mencekam “. Halaman .80

Kritikan

Semua cobaan itu datang dari Allah , tinggal kita saja yang menjalaninya apkah kita bisa menerimanya dengan lapang dada apakah sebalihnya yaitu jauh dari tuhan yang mencaiptakan kita serta langut dan bumi serta selurh isinya, kalau kita bisa menjalni cobaan  tersebut maka kelak kita jadi manusia yang  yang beruntung di dunia dan akhirat.

Ø  Kutipan sembilan belas

“Siang itu. Han pulang dari kampus dengan setangkai mawar merah yang dipetiknya di tepi jalan. Senyumnya mengembang walau Han tahu sisa bahan makanan di rumah sudah menipis “. Halaman .104

Kritikan

Terbarkan sebuah senyuman yang indah agar enak di pandang bagi yang melihatnya. Dan semua masalah kalau di iringi rasa senyum terasa beban berkurang dan di iringi rasa tabah serta ke sabaran.

Ø  Kutipan dua puluh

“Bunga mawar dalam ruangan itu di tatapnya dengan lembut. Han baru sadar, hatinya berdebar kencang ketika didalam kantongnya tidak lagi ada uang “. Halaman .110

                   Kritikan

Meskipun  tidak punya uang  iringi dengan kerendahan hati, agar tidak emosi dan terbawa hawa nafsu yang ada  di dalam hati nurani masing-masing individu.

Ø  Kutipan dua puluh satu

“Udara terasa panas menyengat, dari titik kulit ari hingga urat nadi. Semua terasa tergrak menghindar dari dari gerak cahaya matahari yang menerpa jagat raya ini". Halaman .129

Kritikan

Jangan menghindar dari pemasalahan karna kalau kita menghindar  maka permasalahan tersebut tidak aka nada solusinya, maka permasahan tersebut akan menjadi beban bagi diri kita.

Ø  Kutipan dua  puluh dua

“Malam ini datang tanpa di undang. Membawa sebuah kegelisaan yang mendalam. Denga pelan, Han mendorong motornya menelusuri gang perumahan yang sepi lengang “. Halaman . 137

Kritikan

Jangan terlarut dalam  kegelisaan karna akan membawa kita ke jurang kenistaan , serta hawa nafsu dan emosi.

Ø  Kutipan dua  puluh tiga

“Dingin  yang menusuk Han harus segera kembali ke kamar dengan sebuah botol kecil yang diguncang-guncang untuk melarutkan susu bubuk di dalamnya dengan air hangat “. Halaman .147

Kritikan

Tugas sebagai orang tua kita harus mengorbankan jiwa dan raga untuk anaknya, agar dia bisa makan serta minuman agar anaknya tumbuh menjadi anak yang sehat, kuat, dan cerdas.

Ø  Kutipan dua puluh empat

“Han menghela napas panjang. Dadanya berdebar hebat. Jantung tidak teratur berdetak dan benapasnya terasa sangat berat “. Halaman 158


Kritikan

Jangan terlalu capaek dalam beaktifitas karna kalau kita capek segala aktifitas kita akan berantakan, jadi kita harus bisa mengatut jadwal kita kapan kita istirahat dan kapan kita bekrja artinya yaitu seimbang.

Ø  Kutipan dua puluh lima

“Han masih terduduk kaku di lantai teras rumah kontrakanya. Angin meniupkan daun cemara, lalu menggoyangkanya. Menimbulkan irama mistis dari surga dunia layaknya seribu tahun lalu. Damai tanpa senjata api, apalagi bom nuklir “. Halaman .177

Kritikan

Memang betul kenyaman itu membuat kita damai seolah-olah dalam  lamunan surga dunia yang kita nikmati. Dan ada istilah rumahku adalah surgaku.

Ø  Kutipan dua puluh enam

“Selembar kertas yang dibaca semenit yang lalu membuat Han terdiam kaku dalam duduk tersandaran bisu. Inikah cinta yang engkau  janjikan dulu? Inikah tentang rasa yang kau berikan dulu?”. Halaman .178

Kritikan

Sebuah  janji harus kita tepati jangan sampai melanggarnya karna bisa nenjadi cambuk bagi kita sendiri dan merugikan bagi orang lain.

Ø  Kutipan dua puluh tujuh

“Mimpi tetap terusik pagi. Pagi akan segera berganti siang dan begutu seterusnya. Berganti demi waktu ke waktu. Melintasi batas-batas kewajaran “. Halaman .221

Kritikan

Mimpi adalah bunga tidur terkadang ada yang menjadi kenyataan tekadang hanya sebuah halusinasi bagi mitos belaka karna tergantung kepercayaan individu masing-masing, tapi jangan meremehkan  sebuah mimpi karna ada kenyataanya juga.

Ø  Kutipan dua puluh delapan

“Perjalanan tiga jam dari jombang ke blitar cukup cepat. Apalagi mendung yang menggantung di langit seakan mengajarnya untuk segera meninggalkan jalan raya dan masuk rumah “. Halaman . 224

Kritikan

Jangan menyesali keadaan yang sudah tejadi karna di bali penyesalan terdapat hikmah yang tersembunyi .

Ø  Kutipan dua puluh sembilan

“Empat  bulan setelah Han menandatangani surat cerai itu, sebuah  kabar disampaikan oleh angin malam, bahwasannya indah segera akan menikah lagi “. Halaman . 241
Kritikan

Kalau kita berumah tangaga janga sekali engakau ucapakan cerai karna kalau kita cerai yang jadi  korban anak kita yang tidak tau apa-apa dan  kehidpan anak kita tidak akan bahagia karna kurang kasih terhadap orang tuanya sendiri, meskipun ibunya kawin lagi tapi seorang anak akan mersa kurang bahagia karna tidak tinggal dengan orang tuanya sendiri.

Ø  Kutipan tiga puluh

“Perilaku dan kalimat yang terucap seakan selalu dijaga, kesan sedrhana selalu terpadukan dengan senyum yang selalu mengembang dari bibirnya”. Halaman .277

Kritikan

Memang betul kalu kita mengucapkan sesuatu kita harus bica nenjaganya karna ucapan tersebut bisa menyinggung persaan orang lain kalu dia salah  menanggapinya, maka ucapan itu akan menjadi musuh bagi kita sendiri.

Ø  Kutipan tiga puluh satu

“Hujan rintik-rintik, udara dingin menusuk hingga ke tulang terdalam membawa kenikmatan yang luar biasa ketika rasadingin itu dinikmati dengan rasa syukur”. Halaman .309

Kritikan

Bersyukurlah apa yang engkau nikmati dan apa yang sudah terjadi karna itu semua peringatan dari sang maha robbi agar kita tidak serakah terhadap sesuatu  yang tidak bisa kita miliki.

Ø  Kutipan tiga puluh dua

“Pagi itu masih seperti pagi-pagi  yang sebelumnya. Udara masih tampak sejuk  dan matahari pagi belum  bersinar. Sementara, Han sudah jalan-jalan pagi menelusuri gang-gang di sekitar rumahnya “. Halaman .343

Kritikan

Udara yang sejuk karna Allah yang maha robbi  serta matahari yang terbit menghiasi di pagi hari itu semuanya karna kebesarannya, kita sebagai umatnya harus menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

Ø  Kutipan tiga puluh tiga

“Malam sudah pekat. Gelap menjelma seakan  tak pernah tembus pandang di mana ujungnya. Saatnya untuk menuju kea lam mimpi, merangkai kejadian  sehari tadi untuk menyimpannya menjadi sejarah hidup yang pernah bisa di ulang, tapi tetap bisa dikenang “. Halaman .363




Kritikan

Segala sessuatu yang sudah terjadi jadikanlah sebuah sejarah yang indah untuk menjani kehidupan di lembaran baru dan mengisinya dengan hal-hal yang bernanfaat dan jangan tinggalkan masa lalu agar bisa menjadi kenangan untuk di cerutakan kapada anak cucu kita kelak nanti. Karna kehuidupan seperti roda yang berputar dan tidak ada ujungnya.




















Daftar  Pustaka
Jakop Sumardjo. dan Saini K.M. 1997. Apresiasi Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia.
Luxemburg, Jan Van, Meikel Basl, Willem G Westeijn. 1986. Pengantar Ilmu Sastra (terj. Dick Hartoko), Jakarta: Gramedia.
Mursal Esten. 1990. Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa.
Panuti Sujiman. 1996. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
------------------- 1992. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sapardi Joko Damono. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: PPPB Dep. Pdan K.


Dosen Pembimbing : Drs. Arif Susanto, S.S
Tugas                        : Kritik Sastra


NAMA :  M. Ainul Fikri
NPM     :    09188201161
KELAS  :    2009-D

1 komentar:

  1. terimkasih Mas M. Ainul Fikri tidak menyangka Karya kecil saya di jadikan bahan Skripsi...

    BalasHapus